Satu tahun kemudian kesempatan kesempatan muncul dalam final Copa America 2017. Kembali Chile menjungkalkan Argentina dalam adu penalti setelah juga selama 120 menit bermain 0-0.
Messi kecewa berat, dan kemudian menyatakan mundur dari timnas. Selama turnamen ini pun dia tetap menjadi bintang turnamen ini, sampai pelatih Chile, Juan Antonio Pizzi, menyanjung Messi pemain terbaik dalam Copa America 2016 itu.
Lima tahun berlalu, Sabtu 10 Juli yang bertepatan dengan Minggu pagi di Indonesia, Messi akan mencoba lagi peruntungan saat negaranya menghadapi tuan rumah Brazil dalam final Copa America 2021 di Maracana di Rio de Janeiro, tempat yang sama ketika Messi dan Argentina kalah dalam final Piala Dunia 2014 melawan Jerman.
Sekalipun pernah mengumumkan mundur dari timnas, Messi selalu siap membela negaranya. Dia sebenarnya pejuang yang tak pernah menyerah.
“Saya selalu siap untuk tim nasional saya. Impian terbesar saya adalah meraih gelar bersama kostum ini,” kata Messi. “Saya sudah sering hampir (meraih gelar). Tak berhasil juga tapi saya akan terus berusaha. Saya akan selalu memperjuang impian ini.”
Sembilan pelatih Argentina sudah berusaha meniru model bermain Barcelona yang membuat Messi bersinar dan menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa klub itu, ke dalam tubuh timnas Argentina. Namun sepertinya baru kali ini upaya itu berhasil.
Messi sudah memainkan 149 pertandingan bersama Argentina, namun baru dalam lima pertandingan terakhirnya atau selama Copa America 2021, penampilannya menyerupai penampilannya saat masa-masa terbaik bersama Barcelona, termasuk visinya di lapangan.
Demi Messi

Selama Copa America 2021, Messi sudah mencetak empat gol dan lima assist. Dia bermain dengan gaya Barcelona untuk timnasnya, mencetak gol dari tendangan bebas, memperdaya lawan dengan terus berlari dan melepaskan rangkaian umpan meskipun sudah dimakan usia.
Baca Juga: El Clasico Sesungguhnya! Final Copa America 2021 Brasil vs Argentina Pagi Ini
“Inilah pemain terbaik yang kita bicarakan,” kata pelatih Argentina Lionel Scaloni. “Yang terbaik yang bisa kami selami sebagai pecinta sepak bola adalah dia bisa bermain sampai usia tak memungkinkannya. Tak ada yang lain. Bahkan lawan menikmati permainan dia.”
Argentina sendiri sudah menemukan formula untuk melindungi Messi. Duo gelandang Rodrigo de Paul dan Giovani Lo Celso senantiasa menguraikan hambatan yang menghalangi pergerakan Messi, sambil tak henti mengirimkan umpan matang kepada dua pemain sayap nan agresif Lautaro Martinez dan Nico Gonzalez. Martinez konstan menekan bek-bek lawan untuk membuka celah bagi Messi untuk menusuk pertahanan lawan.
Tak seperti skuad-skuad Argentina sebelumnya, rekan-rekan satu tim Messi kompak memainkan bagian dari kebangkitan Messi untuk Argentina yang terakhir kali menjuarai Copa America pada 1993.
Messi padu bermain dengan Leandro Paredes, De Paul, Lo Celso, dan semua juniornya yang kebanyakan tumbuh sebagai pemain profesional dengan menjadikan Messi sebagai idolanya.
Messi pun terlihat nyaman sampai terlihat tidak ambil pusing dengan hingar bingar soal masa depannya di Barcelona.
Rekan-rekanya timnasnya yang rata-rata jauh lebih muda, bermain bukan sekadar sebagai rekan satu tim Messi, melainkan juga bagaikan murid yang berusaha meninggikan mentornya.