Akuisisi Lionel Messi Menyingkap Kapitalisme dalam Sepakbola

Arief Apriadi Suara.Com
Sabtu, 14 Agustus 2021 | 14:55 WIB
Akuisisi Lionel Messi Menyingkap Kapitalisme dalam Sepakbola
Lionel Messi mengikuti sesi latihan pertamanya sebagai pemain PSG pada Kamis (12/8/2021). [AFP]

Suara.com - Laksana mereka yang getol menawarkan pinjaman lewat pesan sms atau whatsapp karena yakin semua orang terhimpit masalah dana selama pandemi, pengelola dana raksasa dunia menawarkan dana kepada berbagai industri di seluruh dunia yang terhuyung-huyung ditabrak dampak buruk pandemi terhadap arus pendapatan, termasuk industri sepak bola Eropa.

Tak ada yang salah untuk mereka yang rajin menawarkan pinjaman lewat sms atau whatsapp. Pertama, karena si penawar pinjaman sedang berusaha meniagakan jasanya meskipun terlihat manis hari ini tapi bisa pahit di kemudian hari. Kedua, dan ini yang terpenting, si penerima tawaran pinjaman memiliki kuasa untuk menolaknya.

Kalaupun ada yang mesti disalahkan, maka itu adalah mereka yang tidak bisa melindungi data konsumen dan data pribadi orang lain.

Namun tulisan ini tak membahas hal itu, melainkan yang dilakukan liga-liga sepakbola Eropa setelah akuisisi Lionel Messi oleh Paris Saint-Germain (PSG) mencuatkan kembali dilema pemberi modal dan penerima modal.

Transfer Messi kepada Paris Saint Germain memang kian mencuatkan kisah lain yang sampai kini masih panas di Spanyol, yakni kontroversi kesepakatan investasi antara perusahaan ekuitas swasta raksasa CVC Capital Partners dan La Liga.

Kesepakatan itu didukung oleh hampir semua klub La Liga, tapi ditentang Barcelona, Real Madrid dan Athletic Bilbao yang tak seperti kebanyakan klub Spanyol, sahamnya dimiliki oleh masyarakat yang terdaftar sebagai anggotanya.

Kesepakatan senilai 2,1 miliar euro (Rp35,5 triliun) itu disetujui oleh 37 dari total 42 klub La Liga. Satu klub lainnya yang menentang adalah klub divisi dua Real Oviedo.

Menurut Presiden La Liga Javier Tebas, sebagai imbalan dari 2,1 miliar euro yang dipompakan ke dua divisi liga Spanyol, CVC memperoleh porsi 11 persen pendapatan hak siar televisi pertandingan-pertandingan La Liga selama 50 tahun ke depan.

Dana segar dari CVC itu akan dibelanjakan untuk infrastruktur sepakbola dan modernisasi proyek-proyek sepak bola, termasuk meningkatkan kemampuan klub dalam menggaji pemain.

Baca Juga: Terlalu Dini Bagi Lionel Messi Lakoni Debut di PSG, Begini Alasan Pochettino

Nah yang terakhir itu adalah frasa yang diyakinkan Tebas kepada Presiden Barcelona Joan Laporta saat menekankan Barca mengenai aturan financial fair play di liga elite Spanyol dalam kaitannya dengan kontrak Messi.

Jika Laporta menyetujui investasi CVC itu, maka Barcelona tak akan kerepotan memenuhi syarat minimal 70 persen anggaran klub untuk gaji pemain karena bakal ada dana segar mengalir ke kantong Barcelona.

Artinya, Barca bisa mengontrak kembali Messi yang bayarannya menyita porsi besar dari total belanja gaji klub Catalan itu.

Bundesliga tahan banting

Tetapi Barcelona, dan juga Presiden Real Madrid Florentino Ferez, tak mau menggadaikan pendapatan hak siar La Liga selama 50 tahun.

Madrid bahkan menggugat Tebas dan Ketua CVC Capital Javier de Jaime Guijarro.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI