Suara.com - Persela Lamongan menelan kekalahan kedua mereka dari tiga laga awal di Liga 1 2021-2022, setelah menyerah 0-1 dari Persita Tangerang dalam laga yang dihelat di Stadion Pakansari, Bogor, Jumat (17/9/2021).
Persela takluk meski sejatinya unggul jumlah pemain sejak menit le-57, setelah kartu merah yang diterima Persita.
Sebenarnya dari segi peluang Persela jauh lebih unggul ketimbang Persita. Banyak peluang yang didapat Persela dari penguasaan bola mereka.
Sayangnya, skuad Laskar Joko Tingkir --julukan Persela-- kesulitan untuk mencetak gol karena kokohnya lini pertahanan tim Pendekar Cisadane.
Di babak kedua, Persita harus bermain dengan 10 orang setelah Aldi Al Achya diusir wasit. Kalah jumlah pemain, Persita malah berhasil unggul pada menit ke-69.
Tendangan melengkung dari gelandang bertahan Persita, Rifqi Dwi Septian berhasil mengoyak jala gawang Persela yang dijaga kiper Dwi Kuswanto.
Gol tersebut menjadi satu-satunya gol di partai ini, sebagaimana Persela tumpul dan minim kreativitas di sisa waktu pertandingan.
Juru taktik Persela, Iwan Setiawan mengungkapkan pihaknya merasa sangat kecewa atas hasil pertandingan kali ini.
Iwan menyebut kekalahan timnya kali ini dikarenakan faktor mentalitas dan kurangnya konsentrasi dari sejumlah pemain saat bertanding.
Baca Juga: Sengit di Wibawa Mukti, Tira Persikabo vs Persik Kediri Berakhir Seri 2-2
“Jujur kami kecewa atas pertandingan ini. Poin terpentingnya adalah mentality. Waktu setengah main, saya sudah bilang kepada tim bahwasanya pertandingan ini sebenarnya mudah bagi kita, Persita juga banyak salah passing," ucap Iwan seperti dimuat BeritaJatim --jaringan Suara.com.
"Namun, harus tetap hati-hati karena kita bermain di top level. Tetap konsentrasi, jangan terlena dengan atmosfer. Namun kita tidak melakukan hal-hal itu dan akhirnya kita kalah. Sangat kecewa," sambung pelatih kawakan berusia 63 tahun tersebut, Jumat (17/9/2021).
Tak hanya itu, Iwan menambahkan faktor lain penyebab kekalahan timnya adalah karena para pemain muda Persela kurang bisa memanfaatkan peluang yang didapat.
Minimnya kreasi yang dibutuhkan dalam menjebol lini pertahanan Persita juga jadi alasan lain.
"Persela didominasi oleh pemain muda. Saat Persita melakukan compact defense, mestinya ada kreasi yang perlu dilakukan, mulai dari penetrasi pass, penetrasi move on dan lain-lain," kata Iwan.
"Namun, tim ternyata tidak punya cukup kreasi dalam memecahkan compact defense yang dilakukan oleh tim Persita," imbuhnya.