“Shin Tae-yong tersinggung. Jadi seolah-olah kita merecoki dia. Saya bilang, bagaimana Anda bisa tersinggung dengan kritik. Saya ini adalah Exco yang membawa aspirasi dari sekian banyak klub, sekian banyak stakeholders terhadap ekspektasi.”
2. Menganggap Match Fixing Tak Mesti Diberantas
Match fixing atau pengaturan skor menjadi masalah pelik di sepak bola Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, sehingga banyak yang menuntut PSSI untuk memberantas match fixing.
Namun, Haruna Soemitro berpandangan lain. Ia malah berharap agar PSSI tak terbawa arus atau isu dan tak perlu memberantas match fixing.
“Saya justru berharap agar PSSI dalam hal ini (match fixing) jangan hanya terbawa arus pada soal pemberantasan match fixing. Karena riil match fixing bukan sesuatu yang harus diberantas,” tutur Haruna Soemitro.
3. Shin Tae-yong Disebut Tak Menguntungkan Klub Liga 1
Komentar terhadap Shin Tae-yong tak terhenti di soal Piala AFF 2020 saja. Haruna Soemitro menyebut bahwa juru taktik berusia 51 tahun itu tak memberi manfaat ke klub-klub Liga 1 dalam segi permainan.
“Saya ini banyak mendapat masukan dari pelatih Liga 1. Banyak yang menelepon saya, diskusi sama saya begini: ‘Coaching point apa yang kita dapatkan dari Shin Tae-yong selama melatih tim nasional?’”.
Bahkan Haruna Soemitro menyindir permainan dan Game Plan yang diterapkan Shin Tae-yong cenderung Direct Ball atau memainkan bola dari belakang ke depan secara langsung, berbeda dengan klub-klub Liga 1.
Baca Juga: Direktur FK Senica Lempar Kode Bakal Ada Rekrutan Baru, Witan Sulaeman?
“Mayoritas klub Liga 1 melakukan proses dari kaki ke kaki. Proses build up dari bawah. Tapi, proses latihan dan Game Plan Shin Tae-yong justru direct ball. Wajar jika Shin Tae-yong menerima pemain yang tidak siap,” ucapnya.