Dilansir dari USA Today, Lonnie Ali menggunakan istilah itu pada September 1992, saat mendirikan Perusahaan Greatest of All Time (G.O.A.T Inc) untuk mengkonsolidasikan dan melisensikan kekayaan intelektual Muhammad Ali guna tujuan komersial.
Namun sebelum istilah ‘GOAT’ itu muncul, kata tersebut memiliki konotasi buruk yang kerap dipakai jurnalis Amerika Serikat untuk memberi label ke atlet yang gagal.
Hingga akhirnya, kini kata ‘GOAT’ kerap dipakai oleh banyak penikmat olahraga, terutama sepak bola, untuk menggambarkan kehebatan seseorang, sama seperti Lonnie Ali menggambarkan sosok Muhammad Ali.
Namun, istilah ‘GOAT’ tak bisa diberikan begitu saja kepada seorang pemain atau atlet. Pasalnya, ada beberapa kualifikasi yang dipakai agar pemain tersebut mendapat titel tersebut.
Sebagai contoh Diego Maradona yang disematkan label itu karena kemampuannya menyihir mata penonton lewat skill olah bolanya.
Lalu ada Lionel Messi yang mendapat julukan tersebut karena permainannya yang menawan dan catatan apiknya di level klub dan tim nasional.
Begitu pula dengan Cristiano Ronaldo yang mendapat label ‘GOAT’ karena kemampuannya memecahkan rekor demi rekor.
Tak hanya di sepak bola, kata ‘GOAT’ juga merambah ke olahraga lain, seperti Tom Brady untuk NFL, LeBron James untuk basket dan Rafael Nadal untuk Tennis.
[Penulis: Felix Indra Jaya]
Baca Juga: Penyakit Kronis Manchester United dan Uneg-uneg Ralf Rangnick