Kepemimpinan Konsorsium PT Arema Indonesia menjadi sebuah 'kejatuhan' bagi tim Arema FC. Sebab kala itu, terjadi sebuah perpecahan internal yang berebut untuk aktif di Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Premier League (IPL).
Meski demikian, Arema FC tetap menjuarai beberapa liga di bawah kondisi konflik internal.
Arema Cronus dan Bakrie Grup - 2013
Perpecahan internal tersebut kembali terjadi lagi di tahun-tahun selanjutnya. Bahkan, nama klub Arema FC harus diubah menjadi Arema Cronus demi dapat berlaga di ISL 2013. Nama tersebut diambil dari PT Pelita Jaya Cronus, kepanjangan tangan dari Bakrie Grup.
Lambat laun pihak internal muak dengan perpecahan internal dan memutuskan untuk membuat PT AABBI (Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia) pada 2016 dan membagi saham Arema antara sosok Iwan Budianto dan Agoes Soerjanto.
Juragan 99 - 2021
Sosok pebisnis muda Gilang Widya Pramana alias Juragan 99 akhirnya tergerak untuk mengambil alih tongkat komando Singo Edan pada 2021 lalu.
Gilang berbekal cita-cita besar yakni mengakhiri perpecahan internal Arema FC untuk selama-lamanya.
Sayangnya, kepemimpinan Gilang harus berakhir tiba-tiba lantaran mencuatnya Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan suporter Arema FC.
Baca Juga: Bentuk Tanggung Jawab Moral Juragan 99 Angkat Kaki dari Kursi Presiden Arema FC, Sponsor Gimana?
Kini, tim Singo Edan menanti pemimpin baru yang dapat membawa klub kebanggaan Kota Malang tersebut setelah dilanda duka tragedi berdarah yang terjadi di stadion kebanggaan mereka.