Suara.com - Setengah tahun sejak berpisah dengan Timnas Indonesia, Shin Tae-yong akhirnya membuka sebuah kisah yang selama ini disimpannya rapat-rapat.
Pelatih asal Korea Selatan itu mengaku pernah menangis sesenggukan bersama anak asuhnya, tepat setelah kegagalan Garuda Muda melangkah ke Olimpiade Paris 2024.
Momen itu terjadi pada playoff Olimpiade 2024, Kamis (9/5/2024) malam WIB.
Bertanding di Stade Pierre Pibarot, Indonesia U-23 harus mengakui keunggulan Guinea dengan skor tipis 0-1.
Satu-satunya gol hadir dari penalti Ilaix Moriba di menit ke-29.
![Mantan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, memberikan jawaban tegas saat ditanya mengenai hubungannya dengan Ketua PSSI, Erick Thohir. [Dok. IG Shin Tae-yong]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/14/67649-shin-tae-yong.jpg)
Hasil tersebut memastikan Guinea melangkah ke Olimpiade dan menempati Grup A bersama Prancis, Amerika Serikat, serta Selandia Baru.
Sementara itu, harapan Timnas Indonesia tampil di ajang empat tahunan pupus seketika.
Bagi Shin Tae-yong, kekalahan ini terasa begitu menyesakkan.
Ia yang biasanya tegar justru larut dalam kesedihan bersama para pemain di ruang ganti.
Baca Juga: Pemain Keturunan Liga Inggris Bahas Timnas Indonesia, Ngaku Punya Sahabat di Skuad Garuda
Dalam obrolan bersama kanal YouTube JekPot, STY mengenang kembali proses yang dijalani tim sebelum laga penting itu.
Skuad Garuda sempat digembleng lewat pemusatan latihan panjang—hampir sebulan di Dubai, dilanjutkan tiga pekan lebih di Doha, lalu baru bertolak ke Prancis.
Namun sesampainya di Paris, kenyataan jauh dari ideal.
![Bek Guinea Saidou Sow (Kiri) berebut bola dengan penyerang Indonesia Rafael Struick selama pertandingan play-off pra-Olimpiade antara Indonesia dan Guinea di Clairefontaine-en-Yvelines, selatan Paris, Prancis, Kamis (9/5/2024). [MIGUEL MEDINA / AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/05/10/22321-timnas-indonesia-u-23-vs-guinea.jpg)
“Kami datang dari negara panas, tapi tiba-tiba disambut cuaca dingin sekali. Kami bahkan tidak punya jaket tebal, jadi terasa menyiksa,” ungkapnya.
Kondisi penginapan pun ternyata tak membantu. Alih-alih nyaman, hotel yang dipilih berada di pinggiran kota, sedang direnovasi, dan membuat para pemain makin tidak betah.
Di lapangan, rasa frustrasi STY semakin menjadi-jadi. Ia merasa keputusan wasit dalam laga melawan Guinea banyak merugikan timnya.