Legenda: Socrates Penentang Diktator dari Lapangan Hijau

Galih Prasetyo Suara.Com
Rabu, 21 Agustus 2024 | 18:24 WIB
Legenda: Socrates Penentang Diktator dari Lapangan Hijau
Legenda Brasil Socrates, salah satu pesepak bola yang melek politik [tribunemag.co.uk]

"Itu adalah cara untuk kita bersuara dan saya harus memanfaatkan kesempatan itu bukan," kata Socrates seperti dilansir dari El Pais.

Sikap politik terus konsisten dilakukan Socrates sepanjang kariernya di lapangan hijau. Ia pernah mengatakan bahwa di Eropa, mungkin semua bisa dibungkam oleh penguasa tapi tidak untuk mereka yang tingal di Brasil dan negara dunia ketiga.

Dekadae 1980-an, pilihan politik Socrates makin terlihat. Ia berada di barisan kaum tertindas. Socrates kemudian sempat memimpin gerakan bernama Corinthians Democracy.

Gerakan ini diinisiasi oleh para pemain Corinthias dan suporter agar manajemen klub tidak berperilaku korup serta memberikan hak untuk pemain bisa bersuara.

Di bawah komadonya, para pemain, pelatih, fisiotherapis hingga semua orang di dalam klub mampu mendesak manajemen untuk membuat aturan lebih manusiawi.

Tak hanya di level klub, ia juga dengan lantang menentang pemerintah diktator militer Brasil. Ia kemudian memperkenalkan konsep demokrasid dan kebebasan untuk kaum muda Brasil untuk melawan penindasan.

"Bermain sepak bola adalah tindakan politik dan para pesepak bola Brasil tahu itu," kata Socrates saat disindir mencampuri sepak bola dengan urusan politik.

"Mereka (pesepak bola) memiliki kekuatan politik di tangan merekka. Mereka punya panggung dan barisan massa. Jika itu politisi pasti akan dimanfaatkan namun sebaliknya kami para pesepak bola harus menerima hidup dalam kemiskinan," ujar pemain Santos itu.

Socrates tak hanya pandai beretorika, ia juga berani turun ke jalan untuk bersama-sama melakukan aksi unjuk rasa bersama massa rakyat.

Baca Juga: Idap Kanker Stadium Akhir, Sven-Goran Eriksson: Hidup Adalah Kematian

Seperti yang ia lakukan pada pada 1984 menentang pemerintah diktator. Di tengan panasnya aksi unjuk rasa, Socrates naik ke mobil komando dan lantang melawan kebijakan parlemen dan pemerintah Brasil kala itu.

Saat itu, parlemen dan pemerintah Brasil berencana melakukan amandemen pemilu yang memungkinkan presiden ditunjuk tanpa perlu pemilihan umum.

Di depan barisan massa rakyat, Socrates mengatakan akan tetap berada di Brasil mengawal ini semua demi demokrasi Brasil. Ia mengatakan menolak bermain di Italia asalkan amandemen parlemen untuk pemilihan langsung presiden disetujui.

Kala itu, Socrates memang mendapat tawaran untuk main di Serie A Italia. Meski begitu pada akhirnya, Socrates bermain di Fiorentina dari 1984 hingga 1985. Setelahnya ia kembali ke Brasil dan bermain untuk Flamengo.

"Saya ingin tinggal di negara saya untuk berpartisipasi dalam rekonstruksi demokrasi. Apakah itu bekerja sebagai pesepak bola, tukang sapu, tukang ledeng ataupun dokter," ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI