Legenda: Socrates Penentang Diktator dari Lapangan Hijau

Galih Prasetyo Suara.Com
Rabu, 21 Agustus 2024 | 18:24 WIB
Legenda: Socrates Penentang Diktator dari Lapangan Hijau
Legenda Brasil Socrates, salah satu pesepak bola yang melek politik [tribunemag.co.uk]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pada laga pembuka Brasil di Piala Dunia 1986, satu pemain tampak kenakan ikat kepala yang bertuliskan 'Meksiko Bangkit Bangkit'. Aksi si pemain itu kemudian jadi sorotan.

Pemain itu tak lain ialah Socrates. Pesan di ikat kepala itu ditujukan Socrates untuk negara Meksiko yang kala itu diguncang gempa bumi dahsyat.

Itu bukan sekedar pesan solidaritas atau mencari sensasi. Bagi Socrates panggung sepak bola merupak media paling tepat untuk menyuarakan apapun termasuk masalah hak asasi manusia, hingga bentuk perlawanan pada penguasa.

Di laga-laga berikutnya, Socrates kemudian dikenal dengan ikat kepala yang berisikan pesan sosial. Mulai dari, 'Ya untuk Cinta, Tidak untuk Teror' Pesan ini ia tujukan kepada negara Amerika Serikat.

Lalu ada pesan 'Tidak ada Kekerasan' dan 'Keadilan' yang ia tujukan untuk pemerintah diktator militer Brasil saat itu.

"Itu adalah cara untuk kita bersuara dan saya harus memanfaatkan kesempatan itu bukan," kata Socrates seperti dilansir dari El Pais.

Sikap politik terus konsisten dilakukan Socrates sepanjang kariernya di lapangan hijau. Ia pernah mengatakan bahwa di Eropa, mungkin semua bisa dibungkam oleh penguasa tapi tidak untuk mereka yang tingal di Brasil dan negara dunia ketiga.

Dekadae 1980-an, pilihan politik Socrates makin terlihat. Ia berada di barisan kaum tertindas. Socrates kemudian sempat memimpin gerakan bernama Corinthians Democracy.

Gerakan ini diinisiasi oleh para pemain Corinthias dan suporter agar manajemen klub tidak berperilaku korup serta memberikan hak untuk pemain bisa bersuara.

Baca Juga: Idap Kanker Stadium Akhir, Sven-Goran Eriksson: Hidup Adalah Kematian

Di bawah komadonya, para pemain, pelatih, fisiotherapis hingga semua orang di dalam klub mampu mendesak manajemen untuk membuat aturan lebih manusiawi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI