Suara.com - Pecinta sepak bola era 90-an tentu tak asing dengan sosok wasit berkepala pelontos dengan raut wajah tegas, mata melotot asal Italia. Ya, dia adalah Pierluigi Collina.
Collina ialah sedikit dari korps baju hitam yang sepanjang kariernya jauh dari skandal. Hari ini, Kamis 13 Februari 2025, Collina berulang tahun ke-65. Berikut cerita Pierlugi 'The Scream' Collina.
Pelukis asal Denmark, Edward Munch pada 1893 membuat lukisan yang terkenal di dunia dan diberi nama The Scream. Lukisan Munch itu menggambarkan ilustarasi seseorang lelaki berkepala botak dengan raut keputuasaan. Namun bisa juga digambarkan dengan presepsi lain.
Melihat wajah Collina, kita seperti melihat perwujudan The Scream dalam dunia nyata. Akan tetapi dari wajah Collina bukan keputuasaan yang kita lihat melihatkan ketegasan tanpa kenal kompromi.
Collina merupakan ikon wasit sepak bola dunia. Ia memiliki ketegasan, keberanian dan taat pada aturan. Di lapangan hijau, Collina bukan ditakuti tapi dihormati oleh pemain.
Collina sempat mengatakan bahwa saat menjadi seorang wasit yang terpenting ialah pemai bisa mempercayai Anda mengatur pertandingan dengan adil.
"Anda harus diterima di lapangan bukan karena Anda adalah wasit tetapi karena pemain mempercayai Anda," kata Collina seperti dilansir dari Thesefootballtimes
Collina lahir di Bologna, Italia pada 13 Februari 1960. Ibunya seorang guru sedangkan sang ayah bekerja di Kementerian Pertahanan Italia.
Sedari kecil, Collina dididik untuk taat pada peraturan. Ia pun menerima gembelangan ilmu pendidikan oleh para biarawati.
Tak seperti anak seusianya, Collina sedari muda tak ingin jadi pesepak bola. Menjadi wasit rupanya lebih disukai olehnya. Maka atas saran seorang teman, Collina di usia 17 tahun mendaftar kursus wasit.
Rupanya skill Collina menjadi wasit cukup menyita perhatian. Ketegasan dan dislpin pada aturan makin terasah di diri Collina saat ia mengikuti wajib militer di Italia.
Pendidikan wajib militer diselesaikan Collina pada 1988. Ia kemudain mulai memimpin pertandingan di kompetisi Serie C1 dan C2 Italia. Hanya tiga musim ia berada di kasta terendah Liga Italia, Collina kemudian dipercaya memimpin pertandingan di panggung Serie B dan kemudian Serie A Italia.
Melesat dengan bisa memimpin laga Serie A Italia, Collina sempat mengungkap rahasianya. "Saya hanya orang yang taat pada peraturan,"
Sederhana bukan rahasia kegemilangan Collina sebagai seorang wasit. Kariernya terus meroket, setelah menyelesaikan 43 match di Serie A pada 1995, ia masuk ke daftar wasit FIFA.
Pria yang menderita alopecia akut--kerontokan rambut itu mendapat kepercayaan untuk memimpin laga Olimpiade 1996 antara Argentian melawan Nigeria. Itu menjadi tugas internasional pertamanya.