Legenda Malaysia Minta Harimau Malaya Tidak Iri dengan Prestasi Timnas Indonesia U-17

Kamis, 17 April 2025 | 12:15 WIB
Legenda Malaysia Minta Harimau Malaya Tidak Iri dengan Prestasi Timnas Indonesia U-17
Pelatih legendaris asal Malaysia, Raja Isa meminta tim nasional Harimau Malaya tidak iri dengan prestasi Timnas Indonesia. Ia menjelaskan tim nasional Malaysia saat ini sudah ada di jalan yang benar. [Dok. Instagram Timnas Indonesia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pelatih legendaris asal Malaysia, Raja Isa meminta tim nasional Harimau Malaya tidak iri dengan prestasi Timnas Indonesia. Ia menjelaskan tim nasional Malaysia saat ini sudah ada di jalan yang benar.

Raja Isa memberikan apresiasi atas pencapain Timnas Indonesia U-17 di Piala Asia U-17 2025. Tim asuhan Nova Arianto mampu lolos ke perempat final dengan catatan sempurna meski kalah menyakitkan dari Korea Utara.

Timnas Indonesia U-17 mengalahkan Korea Selatan 1-0, Yaman 4-1, kemudian Afghanistan 2-0 di fase grup. Selain mengantarkan Garuda Muda ke babak delapan besar, Zahaby Gholy dan kawan-kawan mendapat tiket buat berlaga di Piala Dunia U-17 2025.

Pressing ketat para pemain Korea Selatan menyulitkan timnas Indonesia U-17 mengembangkan permainan (pssi.org)
Pressing ketat para pemain Korea Selatan menyulitkan timnas Indonesia U-17 mengembangkan permainan (pssi.org)

Apa yang diraih Timnas Indonesia U-17 tentu buat negara tetangga iri. Terlebih, Garuda Muda satu-satunya wakil ASEAN di Piala Dunia U-17 2025.

Raja Isa menyebut untuk tim nasional Malaysia tidak perlu iri. Sebab, perjuangan Timnas Indonesia U-17 sama seperti Malaysia.

"Untuk saya kita tidak perlu tertekan dengan apa yang dicapai oleh Indonesia. Karena mereka melalui proses yang sama seperti Malaysia," kata Raja Isa dilansir dari kanal YouTube Harimau Malaya.

Raja Isa mengatakan Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) sudah mulai membangun pembinaan usia dini. Apa yang dicapai Evandra Florasta Cs adalah buah dari kompetisi yang ada di Tanah Air.

Timnas Indonesia U-17 tidak mendapatkan secara instan. Butuh perjuangan agar hasil terbaik bisa didapatkan.

Pertandingan antara Timnas Indonesia melawan Korea Utara di Piala Asia U-17 2025 (the-afc.com)
Pertandingan antara Timnas Indonesia melawan Korea Utara di Piala Asia U-17 2025 (the-afc.com)

"Indonesia gagal dua kali ke Piala Dunia U-17. Tetapi selanjutnya ada Nova Arianto yang mampu membawa dan paling luar biasanya pemain Indonesia ini memiliki tinggi yang paling rendah dari kontestan lain."

Baca Juga: SAH! Publik 2 Negara Rekomendasi Jay Idzes Kapten ASEAN All Stars Melawan Manchester United

"Itu usaha yang dilakukan oleh PSSI untuk membangun sistem," lanjutnya.

Raja menambahkan, perjalanan Nova bersama timnya juga tidak berjalan mulus. Dari segi strategi, Nova disebut isa mendapat banyak masukan dari segala sisi.

Terlebih, PSSI kedatangan beberapa nama dari Belanda yang tentu bisa mengubah gaya bermain Timnas Indonesia. Namun, Nova Arianto tetap sukses memainkan perannya sebagai pelatih kepala.

"Kita tidak usah merasa cemburu. Dia (Indonesia) melalui proses yang sama, Nova Arianto juga awalnya tidak diterima 100 persen," sambung sosok yang sempat besut tim Indonesia.

"Ada dua kelompok terpecah antara total football dan catenaccio yang bermain bertahan dan mengandalkan counter attack," pungkasnya.

Timnas Indonesia U-17 Persiapan Serius Jelang Piala Dunia U-17 2025

PSSI menunjukkan komitmen serius dalam membina dan mempersiapkan Timnas Indonesia U-17 agar tampil lebih kompetitif di ajang bergengsi Piala Dunia U-17 2025. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan bahwa persaingan di level tersebut sangat ketat, mengingat Indonesia akan berhadapan dengan negara-negara kuat yang sudah memiliki tradisi panjang dalam sepak bola usia muda.

"Di Piala Dunia U-17 nanti, kita tidak bisa main-main. Lawan yang akan kita hadapi adalah tim-tim kuat, seperti Korea Utara yang dikenal disiplin dan tangguh, serta negara-negara elite seperti Jerman dan Argentina yang langganan tampil di ajang ini. Ini menjadi tantangan besar sekaligus motivasi untuk kita," ujar Erick.

Menurut Erick, pencapaian Timnas U-17 saat ini patut dibanggakan. Namun, ia menekankan bahwa pencapaian tersebut harus menjadi pijakan awal untuk membangun tim yang lebih solid dan siap bersaing di level dunia. Untuk itu, PSSI akan menyiapkan program yang lebih terstruktur, termasuk dari segi pelatihan, fasilitas, hingga laga uji coba internasional.

“Para pemain dan tim kepelatihan sudah memberikan kebanggaan tersendiri dengan perjuangan mereka. Oleh karena itu, PSSI akan memberikan perhatian lebih dalam mematangkan persiapan, baik secara teknis maupun mental. Harapannya, mereka tidak hanya sekadar tampil, tetapi bisa bersaing dan mencetak prestasi yang membanggakan di Piala Dunia U-17 nanti,” tambah mantan Presiden Inter Milan itu.

Lebih lanjut, Erick juga menyampaikan bahwa pembinaan usia muda menjadi salah satu fokus utama PSSI ke depan, apalagi FIFA telah menetapkan bahwa Piala Dunia U-17 akan digelar setiap tahun mulai 2025. Hal ini menuntut kontinuitas dalam pengembangan pemain muda agar selalu tersedia generasi yang siap bersaing di tingkat internasional.

Selain itu, Piala Dunia U-20 yang akan berlangsung dua tahun sekali dan ajang Olimpiade, yang memiliki batas usia U-23 dengan jumlah peserta yang semakin terbatas, turut menjadi alasan kuat mengapa investasi dalam pembinaan usia muda tidak bisa ditunda lagi.

“Kita dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana menyiapkan tim U-17 mendatang agar minimal bisa menyamai pencapaian tim hari ini, bahkan lebih baik. Karena itu, pembinaan Garuda Muda harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Ini bukan soal satu generasi, tapi soal kesinambungan,” jelas Erick.

Ia juga menambahkan bahwa pembinaan pemain muda harus dimulai dari level paling dasar, termasuk akademi sepak bola dan kompetisi usia muda yang rutin dan terstandarisasi. Kolaborasi dengan klub, sekolah sepak bola, dan pelatih lokal pun dinilai penting untuk memastikan proses pembinaan berjalan merata di seluruh daerah.

“Apalagi sekarang tantangannya makin ketat. Di Olimpiade, misalnya, kuota peserta dipangkas dari 16 menjadi hanya 12 negara. Artinya, ruang bersaing makin sempit. Kita harus mulai membangun tim sejak dini, mempersiapkan mereka secara panjang dan terarah, agar saat tiba waktunya mereka benar-benar siap bersaing,” pungkas Erick.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI