Suara.com - Jayden Manuhutu adalah penjaga gawang muda berbakat kelahiran Den Bosch, Belanda, pada 2 Januari 2008. Dia sudah pernah ke Indonesia dan di atas kertas bisa dinaturalisasi PSSI.
Saat ini, Jayden Manuhutu berusia 17 tahun dan bermain untuk tim utama Zwaluw VFC serta tim U-17 di Belanda.
Dengan tinggi badan 1,84 meter dan kaki kiri dominan, Jayden Manuhutu menunjukkan potensi sebagai kiper masa depan yang menjanjikan.
Meskipun lahir dan besar di Belanda, Jayden Manuhutu memiliki darah Indonesia dari garis keturunan keluarganya.
Kakeknya, Frans Manuhutu, berasal dari Ambon, sedangkan sang nenek, Tabitha Putturuh, berasal dari Haria. Keduanya merupakan wilayah yang terletak di Kepulauan Maluku, Indonesia.
Menariknya, Jayden Manuhutu sudah pernah menginjakkan kaki di Indonesia, sebagaimana informasi dari akun Instagram, @futboll.indonesiaa.
Pada tahun 2023, ia bersama keluarganya sempat mengunjungi Haria dan bersilaturahmi dengan kerabat di sana.

(Instagram/futboll.indonesiaa)
Kunjungan ini menjadi momen penting yang menunjukkan kedekatan Jayden dengan akar budayanya di Indonesia.
Namun, karena Jayden Manuhutu dan orang tuanya lahir di Belanda, mereka tidak memiliki paspor Indonesia.
Baca Juga: Berkah Dipecat PSSI, Shin Tae-yong Banjir Job di Korsel
Meski begitu, dengan status dwi-kewarganegaraan Belanda-Indonesia dan garis keturunan yang jelas, Jayden Manuhutu tetap memenuhi syarat untuk diproses sebagai pemain naturalisasi oleh PSSI.
Melihat posisinya sebagai kiper muda berbakat dan profil fisik yang solid, Jayden Manuhutu bisa menjadi aset berharga bagi Timnas Indonesia di masa depan.
Jika proses naturalisasi berjalan lancar, Jayden Manuhutu berpotensi menjadi salah satu penggawa Garuda Muda dalam beberapa tahun ke depan.
Menambah Daftar Pemain Keturunan Maluku di Timnas Indonesia

Jayden Manuhutu bukan hanya membawa kemampuan teknis di atas lapangan. Ia adalah simbol harapan baru—representasi dari anak-anak diaspora yang ingin pulang dan berkontribusi bagi negeri asal.
Kunjungannya ke Haria pada 2023 menjadi tanda bahwa kecintaan terhadap Indonesia bukan sekadar formalitas administratif, melainkan rasa yang tumbuh dari dalam hati.