Hal ini tentu selaras dengan kebutuhan permainan modern yang mengharuskan full-back mampu bermain dinamis dalam dua fase permainan.
Lebih jauh, latar belakang adaptasi Asnawi di lingkungan luar negeri, baik di Korea Selatan maupun Thailand, menunjukkan bahwa ia mampu menyesuaikan diri dengan berbagai pendekatan taktik pelatih.
Dengan begitu, bukan hal sulit baginya untuk menyatu kembali dalam skema racikan Kluivert yang kini sedang membangun identitas permainan agresif dan efisien untuk Timnas Garuda.
Kondisi cedera yang dialami Kevin Diks justru bisa menjadi titik balik bagi Asnawi untuk kembali mengukuhkan dirinya sebagai andalan di posisi bek kanan.
![Pemain keturunan Timnas Indonesia, Kevin Diks, menjelaskan insiden kegagalan penalti yang dia alami di laga kontra Australia, sebelum bangkit dan tampil ciamik lawan Bahrain. [Dok. IG FC Copenhagen]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/08/86490-kevin-diks.jpg)
Tim pelatih tentu tidak ingin mengambil risiko memainkan pemain yang belum sepenuhnya fit, terutama saat menghadapi dua tim kuat seperti China dan Jepang yang terkenal punya kecepatan dan organisasi permainan yang solid.
Apabila Asnawi diberi kepercayaan untuk tampil sebagai starter, itu bisa menjadi momentum pembuktian bahwa ia masih layak bersaing di level tertinggi.
Selain itu, dengan waktu persiapan yang masih tersedia, Asnawi punya cukup ruang untuk menyempurnakan pemahaman terhadap skema yang diterapkan pelatih asal Belanda tersebut.
Melihat besarnya arti dua pertandingan ini—yang bisa membuka pintu menuju putaran final Piala Dunia pertama bagi Indonesia—tim pelatih tentu membutuhkan pemain yang siap secara fisik dan mental.
Dan dalam konteks ini, nama Asnawi Mangkualam pantas berada di barisan terdepan.
Baca Juga: Bhayangkara FC Mau Rekrut Pemain Lampung, Arkhan Kaka dan Bintang Timnas Indonesia U-17 Bisa Merapat