Suara.com - Penyerang AFC Bournemouth, Justin Kluivert, secara terbuka menyatakan bahwa statusnya sebagai anak dari legenda sepak bola Patrick Kluivert bukanlah beban, melainkan bahan bakar semangat untuk membuktikan kapasitas dirinya sebagai pemain top.
Alih-alih hanya dikenal sebagai "anak dari", Justin memilih untuk menciptakan jejaknya sendiri di dunia sepak bola profesional.
Patrick Kluivert adalah nama besar dalam sejarah sepak bola Eropa. Mantan striker Timnas Belanda ini pernah bersinar bersama klub-klub ternama seperti Ajax Amsterdam, AC Milan, dan Barcelona.
Prestasinya mencakup trofi Liga Champions, La Liga, dan Eredivisie, dengan catatan 245 gol dari 557 pertandingan profesional. Reputasinya sebagai legenda sepak bola sulit disangkal.
Kini, tongkat estafet itu diteruskan oleh Justin yang tengah meniti karier di Liga Inggris bersama Bournemouth. Tak seperti anak pesepak bola lain yang kerap hidup di bawah bayang-bayang orang tua mereka, Justin justru termotivasi untuk melampaui ekspektasi.
![PSSI melalui Sekretaris Jenderalnya, Yunus Nusi, meminta Patrick Kluivert, pelatih baru Timnas Indonesia, untuk segera datang ke Indonesia. [Dok. IG @patrickkluivert9]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/29/99568-patrick-kluivert.jpg)
Dalam wawancara bersama program Football Focus yang dikutip oleh BBC, Justin mengungkapkan bahwa pencapaian ayahnya menjadi sumber semangat yang besar.
“Saya melihat itu sebagai motivasi. Saya ingin menunjukkan kualitas saya sendiri, bukan sekadar dikenal karena nama belakang saya,” ujar penyerang berusia 26 tahun tersebut.
Meski tak luput dari sorotan dan keraguan publik soal keberhasilannya, Justin tetap tenang. Ia sering mendapat pertanyaan apakah kesuksesannya datang karena bakat murni atau hanya karena nama besar sang ayah.
Namun, ia memilih menjadikan tekanan tersebut sebagai pemicu. “Tekanan menciptakan berlian. Itulah cara saya bersinar,” katanya penuh keyakinan.
Baca Juga: AFC U-23: Meski Pot 1 Dihuni 11 Negara, Hanya 5 Saja yang Bisa Satu Grup dengan Indonesia
Musim 2024/2025 menjadi titik penting dalam perjalanan karier Justin. Bersama Bournemouth, ia menunjukkan performa konsisten. Dari 30 laga, Justin telah mencetak 12 gol dan menyumbang 6 assist.
Berkat kontribusinya, Bournemouth kini menempati posisi ke-10 klasemen sementara Premier League dengan perolehan 50 poin dari 34 pertandingan.
Catatan tersebut membuktikan bahwa Justin bukan hanya mengandalkan warisan nama, tapi juga peran vital di lini serang tim. Ia menjadi pilar utama strategi Bournemouth dalam persaingan ketat di kompetisi elite Inggris.
Meski belum mengoleksi trofi besar seperti sang ayah, Justin memiliki pengalaman yang tak kalah impresif. Ia pernah mencapai final Liga Europa 2016/2017 dan membawa timnya ke partai puncak Coupe de France 2021/2022.
Dengan usia yang masih produktif, peluang untuk menyamai atau bahkan melampaui pencapaian ayahnya tetap terbuka lebar.
Salah satu pencapaian luar biasa Justin adalah kemampuannya mencetak gol di enam liga top Eropa. Ia telah membobol gawang di Eredivisie (Ajax), Serie A (AS Roma), La Liga (Valencia), Ligue 1 (OGC Nice), Bundesliga (RB Leipzig), dan Premier League (Bournemouth).
Hal ini menjadikannya salah satu dari sedikit pemain yang memiliki pengalaman luas lintas kompetisi elite benua biru.
“Saya rasa saya pantas masuk buku rekor dunia,” ungkap Justin sambil tersenyum. Jika dikonfirmasi, ia akan menjadi pemain pertama dalam sejarah yang mencetak gol di semua enam liga top Eropa—prestasi langka yang menunjukkan kelas dan fleksibilitasnya.
Potensi Main untuk Timnas Indonesia, Mungkinkah?
Kedatangan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru di Indonesia membuka diskusi menarik, termasuk kemungkinan sang putra, Justin, untuk bergabung dengan Timnas Indonesia.
Di media sosial, tak sedikit warganet Tanah Air yang berharap Justin mau menjalani proses naturalisasi dan memperkuat skuad Garuda.
Saat ini, PSSI memang sedang gencar melanjutkan program naturalisasi, dengan nama-nama seperti Ole Romeny dan Jairo Riedewald yang tengah dalam proses.
Nama Justin pun ikut disebut-sebut, apalagi latar belakang keluarganya menyiratkan kemungkinan adanya garis keturunan dari Indonesia.
Patrick Kluivert sendiri memiliki ayah bernama Kenneth Kluivert yang berasal dari Suriname, negara yang memiliki hubungan sejarah erat dengan Indonesia, khususnya Pulau Jawa.
Pada masa kolonial, banyak warga Jawa yang dikirim ke Suriname dan menetap di sana. Inilah yang memunculkan spekulasi bahwa keluarga Kluivert mungkin memiliki darah Indonesia, meskipun belum ada konfirmasi resmi.
Namun, secara regulasi FIFA, pemain hanya dapat membela tim nasional jika memenuhi syarat melalui kelahiran, garis keturunan langsung, atau tinggal di negara tersebut selama lima tahun setelah usia 18 tahun.
Dalam konteks ini, Justin yang lahir di Belanda dan belum pernah tinggal di Indonesia, memiliki peluang yang sangat kecil untuk dinaturalisasi dalam waktu dekat.
Walaupun pernah memperkuat Timnas Belanda, regulasi FIFA memungkinkan pergantian federasi jika syarat tertentu terpenuhi.
Namun, untuk bisa memperkuat Indonesia, Justin perlu memenuhi persyaratan naturalisasi dan masa tinggal yang cukup panjang.
Meski peluangnya kecil, antusiasme publik terhadap Justin menunjukkan betapa besar dampak kehadiran keluarga Kluivert terhadap sepak bola Indonesia saat ini.