Mbah Arifin Setia Tunggu Kekasih di Pinggir Jalan Sejak 70an Hingga Meninggal, Kini Dijadikan Mural

Bernadette Sariyem Suara.Com
Senin, 04 Agustus 2025 | 22:29 WIB
Mbah Arifin Setia Tunggu Kekasih di Pinggir Jalan Sejak 70an Hingga Meninggal, Kini Dijadikan Mural
Mbah Arifin yang setia menunggu pacarnya di Jalan Basuki Rahmat, atau yang lebih dikenal sebagai Kayutangan Heritage di Kota Malang, sejak era 70-an hingga meninggal dunia. Kini diabadikan menjadi mural. [Suara.com]

Suara.com - Saat menyusuri koridor pedestrian bersejarah di Jalan Basuki Rahmat, atau yang lebih dikenal sebagai Kayutangan Heritage di Kota Malang, mata yang jeli akan menemukan sebuah gambar wajah yang sarat makna: Mbah Arifin.

Terpatri di salah satu sudut jalan, tepatnya di sisi selatan dekat Bank BNI sebelum perempatan Rajabali, adalah wajah Mbah Arifin.

Dia seorang pria yang namanya melegenda dan sempat viral karena kisah cintanya yang menyentuh hati banyak orang.

Mural tersebut bukan sekadar hiasan urban. Ia adalah monumen pengingat sebuah kisah romantisme dan kesetiaan tanpa batas.

Cerita Mbah Arifin, yang juga akrab disapa Mbah Gombloh, menjadi buah bibir di media sosial, terutama setelah kepergiannya pada 8 April 2017.

Namun, siapakah sebenarnya sosok misterius ini?

Menurut pemerhati budaya dan sejarah Malang, Agung Buana, Mbah Arifin telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari pemandangan Kayutangan, bahkan sebelum kawasan itu ditata secantik sekarang.

Ia dikenal sebagai sosok misterius yang lebih banyak diam dan tertunduk.

Mural Pengingat Kisah Cinta Legendaris

Baca Juga: 4 Fakta Pria Ngamuk Teriak Bom di Lion Air: Senyum Janggal & Riwayat Perawatan Medis

Versi cerita yang paling populer dan dipercaya banyak orang adalah kisah penantian Mbah Arifin.

Konon, ia menghabiskan hari-harinya di sudut Kayutangan untuk menunggu sang kekasih.

Penantian ini bukanlah sekejap, melainkan berlangsung puluhan tahun, sejak dekade 1970-an.

"Tempat Mbah Arifin duduk menunggu kekasihnya itu ya di tempat yang kini ada gambar dia. Dulu di situ bekas Toko Surabaya," ujar Agung, dikutip Suara.com dari Times Indonesia, Senin (4/8/2025).

Kisah bermula dari janji yang diucapkan sang kekasih pada tahun 1965.

Wanita yang tak diketahui pasti apakah pacar atau istrinya itu berjanji akan kembali menemuinya di Kayutangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI