Suara.com - Pelatih asal Kroasia, Bojan Hodak, membeberkan resepnya dalam membawa Persib Bandung meraih gelar Liga 1 2024/2025 yang jadi gelar kedua dalam dua musim terakhir atau Back to Back.
Siapa sangka, salah satu resepnya dalam membawa Persib Bandung menjadi juara Liga 1 secara Back to Back ini adalah dengan memberi ‘pukulan kasih sayang’ ke para pemainnya.
Hal ini disampaikan Bojan Hodak saat berbincang-bincang dalam Podcast di kanal YouTube tim berjuluk Maung Bandung itu.
Dalam Podcast tersebut, Bojan Hodak membicarakan gayanya kepelatihannya, di mana dirinya mengaku tak memiliki gaya bermain khusus.
Eks pelatih Kuala Lumpur City FC ini tak menggunakan taktik yang mendalam dan lebih memilih memainkan sepak bola yang sederhana yang menurutnya adalah sepak bola terbaik
“Jika Anda bertanya, saya tidak tahu gaya bermain. (Untuk) gaya sepak bola, saya hanya mencoba untuk membuat sepak bola lebih sederhana bagi pemain,” kata Bojan Hodak di kanal YouTube Persib.
“Karena sepak bola sederhana adalah sepak bola terbaik,” sambung pelatih yang pernah menukangi PSM Makassar tersebut.
“Jika Anda bertanya tentang hal lain seperti ‘Bagaimana saya melakukannya?’, saya tidak tahu. Saya hanya melakukan hal yang menurut saya tepat,” tandas Bojan Hodak.
Bojan Hodak kemudian juga menuturkan jika gaya kepelatihannya sendiri lebih menekankan pendekatan terhadap pemain ketimbang taktik itu sendiri.
Baca Juga: Raih Gelar Juara Liga 1, Ini 3 Pemain Persib Bandung yang Layak Dipanggil ke Timnas
Salah satu pendekatan Bojan Hodak dalam melatih adalah memahami perilaku pemain, di mana terkadang para pemain berperilaku seperti halnya anak kecil.
Karena para pemainnya berperilaku seperti anak kecil, Bojan Hodak memposisikan dirinya sebagai seorang ayah untuk para penggawa Persib Bandung.
Kedekatan dengan pemain layaknya ayah dengan anak ini pun membuat Bojan Hodak terkadang harus bersikap keras dengan memberikan ‘pukulan kasih sayang’ andai para pemainnya bertingkah.
“Kadang Anda harus bersikap baik, (karena) mereka seperti anak kecil dan kadang Anda harus seperti (seorang) ayah bagi mereka (pemain),” lanjut Bojan Hodak.
“Kadang baik, kadang sesekali mereka (pemain) pantas menerima ‘pukulan kasih sayang’,” pungkas Bojan Hodak sambil menunjukkan gestur tengah menampar.
Apa yang dilakukan Bojan Hodak ini membawa hasil yang nyata bagi Persib Bandung, setidaknya selama hampir dua tahun sejak dirinya bergabung.
Sejak bergabung pada Juli 2023 lalu, Bojan Hodak telah memimpin Persib di 63 pertandingan Liga 1, dengan torehan 35 kemenangan, 22 hasil imbang, dan 6 kekalahan saja.
Catatan ini membuat Persib keluar sebagai kampiun Liga 1 2023/2024 melalui format Championship Series dan menjadi kampiun Liga 1 2024/2025.
Persib Juara
Musim ini, sejumlah nama mencuat sebagai pilar kemenangan Persib. Tyronne del Pino menjadi yang paling kinclong dengan skill individual dan gelontoran golnya; Beckham Putra dan Adam Alis tampil mengejutkan dan full determinasi; Ciro Alves pun tetap menjadi kunci di tengah badai cedera barisan penyerang Persib; Di lini belakang, Nick Kuipers dan Gustavo Franca tampil sebagai tembok kokoh yang sulit ditembus.
Namun, terlepas dari penampilan individu-individu menonjol itu, hal yang lebih penting adalah semangat kolektif yang tak tergantikan. Persib tidak bergantung kepada satu dua bintang.
Terbukti keran gol bersumber dari 12 pemain. Berbeda dengan musim lalu yang sangat tergantung kepada David da Silva dan Ciro Alves.
Persib musim ini adalah unit yang utuh, satu tubuh yang bergerak dengan irama sama. Ketika satu pemain absen, yang lain siap mengisi tanpa mengurangi kualitas.
Tentu saja, tidak ada konser simfoni yang lengkap tanpa penontonnya. Di sinilah Bobotoh memainkan peran. Mereka bukan hanya pendukung, tapi mereka adalah narator kolektif dalam kisah sukses back to back ini.
Tiap koreografi dan dukungan di tribun, adalah penegasan bahwa kemenangan Persib bukan semata-mata hasil latihan dan strategi, tetapi juga buah dari kepercayaan massa.
Tidak ada cerita tentang Persib tanpa menyebut Bobotoh. Mereka bukan hanya penonton, tapi bagian dari sistem yang menggerakkan klub. Di stadion atau di luar pertandingan, dukungan mereka tak pernah surut.
Khusus musim ini, sinergi antara klub dan suporter terasa relatif kuat. Manajemen membuka ruang dialog, menjaga transparansi, dan menghargai aspirasi Bobotoh. Para Bobotoh pun seolah ikut dewasa bersama tim. Mereka relatif lebih sabar, lebih tenang, dan lebih menginginkan legacy daripada drama.
Kemenangan Persib mungkin tak ada salahnya jika dipahami dalam dimensi yang lebih luas; kemenangan back-to-back klub ini bukan hanya milik Bandung atau Jawa Barat. Ini adalah juga prestasi yang memberi inspirasi bagi ekosistem sepak bola Indonesia.
Di tengah berbagai persoalan seperti minimnya infrastruktur dan krisis keuangan banyak klub, kisah Persib memberikan harapan bahwa profesionalisme dan kerja keras bisa membawa hasil.
Lebih dari itu, kemenangan ini memperlihatkan bahwa klub Indonesia bisa mandiri, bisa dikelola secara modern, dan bisa bersaing dengan nilai-nilai positif. Dari akademi yang membina talenta lokal hingga strategi bisnis yang berkelanjutan, Persib menunjukkan jalan bahwa transformasi sepak bola ternyata bukan mimpi belaka.
(Felix Indra Jaya)