Selain itu, PSSI juga diharapkan lebih banyak berkomunikasi dengan simpul-simpul kelompok suporter.
Pendekatan langsung ini dinilai penting untuk membangun hubungan yang lebih erat dan memahami dinamika di dalam komunitas suporter.
Pada akhirnya, Kusnaeni mengingatkan bahwa penggemar fanatik adalah aset penting bagi tim nasional dan sepak bola Indonesia secara keseluruhan.

PSSI perlu merawat dan mengelola fanatisme ini agar bisa menjadi kekuatan positif, bukan sebaliknya.
PSSI juga didorong untuk membangun komunikasi yang intensif dengan simpul-simpul kelompok suporter. Dialog terbuka, program pembinaan, dan forum diskusi bisa menjadi media untuk memahami aspirasi dan dinamika yang terjadi di tengah komunitas.
Komunikasi ini juga penting untuk mempererat hubungan dan membangun rasa tanggung jawab bersama dalam menjaga nama baik sepak bola Indonesia.
Fanatisme suporter sejatinya bukan hal baru dalam dunia olahraga. Di banyak negara, suporter menjadi kekuatan besar yang bisa menentukan atmosfer pertandingan.
Namun, banyak federasi besar di dunia telah berhasil membentuk budaya suporter yang positif melalui regulasi tegas dan pendekatan edukatif berkelanjutan. Indonesia bisa belajar dari negara-negara tersebut untuk membangun budaya suporter yang mendukung tanpa merusak.
Perlu diingat bahwa penggemar fanatik bukanlah masalah jika mereka tetap berada dalam koridor dukungan yang sehat.
Baca Juga: 3 Fakta Denda dan Sanksi FIFA ke PSSI Jelang Timnas Indonesia vs China
Bahkan, mereka adalah aset berharga bagi tim nasional yang mampu membangun semangat juang para pemain di lapangan. Namun, nilai positif ini hanya bisa muncul jika ada manajemen fanatisme yang tepat dari federasi, klub, dan komunitas itu sendiri.