Suara.com - Manchester City membuat gebrakan di bursa transfer dengan tawaran fantastis £170 juta (sekitar Rp3,2 triliun) untuk merekrut kembali Cole Palmer dari Chelsea.
Namun, Chelsea menolak mentah-mentah proposal tersebut, mematok harga £250 juta yang akan memecahkan rekor transfer dunia.
Cole Palmer, 23 tahun, adalah produk akademi City sejak usia tujuh tahun.
Ia debut di tim senior pada 2020, tetapi hanya tampil 41 kali dengan enam gol selama tiga musim.
Performa gemilangnya di Chelsea mengubah segalanya, 25 gol dalam 45 laga pada musim pertamanya (2023/24), diikuti 18 gol dan peran kreatif dalam 52 laga musim lalu.

Menurut laporan Fichajes, tawaran awal City sebesar £170 juta ditolak karena Chelsea tak ingin kehilangan bintang Inggris ini kecuali dengan harga £250 juta, melampaui rekor transfer Neymar ke PSG pada 2017.
Meski negosiasi sempat mendingin, City tak menyerah.
The Sun melaporkan bahwa Pep Guardiola, yang ingin mengembalikan dominasi City setelah hanya finis ketiga musim lalu, kini menyiapkan tawaran £200 juta plus £50 juta add-ons.
Langkah ini menunjukkan ambisi City untuk memperkuat lini serang, terutama setelah kehilangan posisi Jack Grealish di skuad utama.
Baca Juga: Mario Balotelli Siap Comeback! Didekati Real Murcia, Maunya Gabung ke Real Madrid
Chelsea, di bawah Todd Boehly, melihat tawaran ini sebagai peluang finansial besar untuk memperkuat skuad di berbagai posisi.
Namun, kehilangan Palmer, yang kontraknya masih berlaku hingga 2030, bisa melemahkan tim yang sedang dibangun Enzo Maresca untuk bersaing di Liga Inggris dan Liga Champions.
Football London menyebutkan bahwa Chelsea lebih memilih mempertahankan Palmer kecuali City memenuhi harga yang diminta, sebuah angka yang akan mengguncang pasar transfer global.
Akankah City berhasil membawa pulang Palmer dengan harga fantastis, atau Chelsea akan tetap teguh?
Dengan batas waktu transfer 1 September mendekat, negosiasi ini bisa mengubah dinamika Liga Inggris 2025/26.
City, yang telah mendatangkan Rayan Cherki dan lainnya, jelas ingin kembali berkuasa, sementara Chelsea berusaha menjaga identitas tim dengan Palmer sebagai inti.