Suara.com - Pencarian pemain potensial untuk memperkuat Timnas Indonesia terus dilakukan secara intensif, salah satunya melalui peran penting Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia, Simon Tahamata.
Pria yang dikenal akrab disapa Oom Simon ini tengah menjalankan misi penting: menjaring pemain terbaik, baik dari dalam negeri maupun diaspora yang tersebar di luar negeri.
Tugas Simon Tahamata tidak hanya sebatas mencari pemain berbakat, tetapi juga memastikan mereka memenuhi sejumlah kriteria yang dinilai penting untuk bersaing di level internasional.
![Kriteria Pemain Incaran Simon Tahamata untuk Timnas Indonesia, Bukan Kaleng-kaleng! [Dok. IG Simon Tahamata]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/03/83124-simon-tahamata.jpg)
Dalam kunjungannya ke Stadion Madya, Senin (2/6), Simon mengungkapkan bahwa aspek teknis dan mental menjadi poin utama dalam seleksi pemain.
Menurutnya, kemampuan menguasai bola dengan kedua kaki menjadi nilai plus yang sangat dicari. Hal ini berkaitan erat dengan fleksibilitas dan efektivitas permainan seorang pemain di lapangan.
Selain itu, kemampuan teknis yang mumpuni, mentalitas untuk menang, serta karakter sebagai seorang pemenang menjadi kunci sukses dalam membangun tim nasional yang kuat.
Meski banyak anggapan bahwa postur tubuh berpengaruh besar dalam sepak bola modern, Simon tidak sepenuhnya sepakat.
Simon Tahamata menilai tinggi badan bukanlah patokan mutlak untuk menjadi pesepakbola profesional.

Pengalamannya sebagai pemain bertubuh mungil namun mampu bersaing di level tertinggi Eropa, termasuk saat bermain untuk Ajax Amsterdam dan timnas Belanda, menjadi bukti nyata bahwa strategi dan kecerdasan bermain bisa menutupi kekurangan fisik.
Baca Juga: Emil Audero Pakai Jimat dari Lombok Lawan China, Punya Koneksi dengan...
Dalam proses seleksi, Simon Tahamata tetap memberikan perhatian khusus pada potensi pemain lokal.
Simon Tahamata menyatakan komitmennya untuk lebih memprioritaskan talenta asli Indonesia dibanding hanya mengandalkan pemain keturunan yang lahir dan besar di luar negeri.
Hal ini menjadi bagian dari upaya jangka panjang untuk membangun kemandirian dan kekuatan akar rumput sepak bola nasional.
"Mungkin kalau kita hanya memakai anak-anak dari luar Indonesia, tidak. Saya tidak mau," ucap Simon Tahamata di kawasan Senayan Jakarta, dikutip Selasa (3/6/2025).
Menurut dia pentingnya pembinaan usia dini dan pencarian bakat dari berbagai penjuru Nusantara.
![Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia Simon Tahamata saat konferensi pers sebelum sesi latihan di Stadion Madya, Jakarta, Senin (2/6/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/02/61761-latihan-timnas-indonesia-simon-tahamata.jpg)
Dengan kualitas pelatihan yang semakin membaik di level regional, potensi untuk menemukan pemain bertalenta dari dalam negeri semakin terbuka lebar.
Simon Tahamata juga menolak untuk hanya fokus pada satu kriteria seperti fisik atau asal-usul pemain, dan lebih menekankan pada kombinasi kemampuan teknis, mental juang, serta kecerdasan taktis.
Pendekatan semacam ini sejalan dengan kebutuhan sepak bola Indonesia yang kini tengah berbenah untuk menjadi kekuatan baru di Asia Tenggara dan bahkan Asia secara keseluruhan.
"Saya kecil, tapi setelah bermain dengan orang-orang yang tinggi-tinggi, saya harus pakai cara lain, harus pintar," tutur Simon Tahamata.
Selain itu, pandangan Simon juga bisa menjadi inspirasi bagi pelatih-pelatih muda Indonesia untuk mulai menilai pemain secara lebih komprehensif.
Fokus pada kemampuan adaptasi, kecerdikan di lapangan, dan semangat kompetitif menjadi elemen penting dalam menciptakan generasi pesepakbola yang mampu bersaing di panggung internasional.
Melalui peran strategisnya sebagai kepala pemandu bakat, Simon Tahamata membawa harapan baru bagi Timnas Indonesia.
Dengan prinsip seleksi yang tidak memihak secara fisik ataupun asal-usul, proses perekrutan ini diharapkan dapat menghasilkan pemain-pemain berkualitas tinggi yang siap mengangkat prestasi sepak bola tanah air ke level yang lebih tinggi.