Suara.com - Keputusan mengejutkan Tottenham Hotspur untuk memecat manajer Ange Postecoglou pada Jumat (6/6/2025) malam WIB telah memicu gelombang kemarahan di kalangan pemain. Kabar yang beredar menyebutkan bahwa beberapa pilar The Lilywhites merasa sangat marah dan kecewa dengan langkah manajemen ini.
Pemecatan Postecoglou, yang berusia 59 tahun, dilakukan meskipun ia baru saja berhasil membawa tim meraih gelar Liga Europa, sebuah trofi yang telah lama dinanti selama 17 tahun.
Di Liga Inggris musim 2024/2025, Spurs memang menunjukkan performa yang kurang memuaskan dengan finis di peringkat ke-17. Namun, prestasi di ajang Eropa, di mana Son Heung-min dkk berhasil menjadi juara dan mengamankan "jalur pintas" menuju Liga Champions musim depan, seolah tidak cukup untuk menyelamatkan posisinya.
Situasi ini menciptakan ketegangan di ruang ganti, dengan laporan mengindikasikan adanya potensi "pemberontakan" pemain yang merasa dikhianati oleh keputusan klub.
Menurut laporan dari Sydney Morning Herald, para pemain sangat marah dengan apa yang terjadi dan bagaimana keputusan ini diambil. "Para pemain sangat marah tentang apa yang terjadi dan bagaimana ini diputuskan. Manajer berikutnya akan mewarisi situasi yang sulit," tulis laporan tersebut.
Beberapa pemain kunci kabarnya memang sangat mendukung Ange Postecoglou untuk bertahan. Pilar-pilar seperti Pedro Porro, James Maddison, dan Cristian Romero adalah di antara mereka yang sangat berharap sang manajer dipertahankan di kursi kepelatihan.

Kekecewaan mereka mengindikasikan adanya dukungan kuat di dalam skuad terhadap filosofi dan gaya kepelatihan Postecoglou. Situasi ini tentu saja akan menjadi tantangan besar bagi manajer baru yang akan datang, karena ia harus mampu memperbaiki suasana ruang ganti yang memanas dan memulihkan kepercayaan para pemain.
Dikutip dari Fox Sport, faktor penentu dalam keputusan Ketua Tottenham Hotspur, Daniel Levy, untuk memecat Postecoglou adalah keinginan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti Manchester United. Tottenham sendiri baru saja memperparah musim menyakitkan Red Devils dengan mengalahkan tim asuhan Ruben Amorim 1-0 di Bilbao dalam final Liga Europa.
Manchester United sendiri diketahui telah memecat manajer mereka, Erik ten Hag, pada bulan November setelah awal musim yang kacau, dan situasi di Old Trafford semakin memburuk. Menurut Peter Smith, jurnalis senior sepak bola Sky Sports, Levy melihat potensi situasi serupa akan terjadi di Tottenham musim depan jika ia tetap mempertahankan Postecoglou.
Baca Juga: Manchester United Lawan Tottenham Hotspur di Final Liga Europa: Setan Merah Perkasa
"Apa yang terjadi ketika Manchester United pada final Europa League saat memperpanjang kontrak Erik ten Hag mungkin jadi pertimbangan manajemen. Euforia kadang menutupi borok klub (Tottenham-red)," tulis Smith. "Di Spurs jelas ada ketakutan untuk mengulangi kesalahan itu."
Selain itu, Tom Allnut dari The Times juga menambahkan bahwa ada kekhawatiran terkait perhatian terhadap detail dan ketakutan akan terulangnya situasi cedera yang telah menggagalkan dua musim pertamanya. Dengan tekanan tambahan dari Liga Champions musim depan, manajemen khawatir masalah cedera ini bisa terulang di musim ketiga.
Meskipun Tottenham Hotspur berhasil mengakhiri paceklik trofi selama 17 tahun dengan kemenangan dramatis di Liga Europa, prestasi ini tidak cukup untuk menyelamatkan pekerjaan Postecoglou. Laporan dari The UK Telegraph menyebutkan bahwa kepergian Postecoglou "telah membuat sejumlah pemain marah", dengan sumber menambahkan bahwa "beberapa ingin meninggalkan klub" dan pengganti pelatih Australia itu "akan menghadapi tugas besar untuk memperbaiki kerusakan di ruang ganti".
Premier League musim ini jadi "bencana" bagi Tottenham, usai mencatat finis terendah sepanjang sejarah di peringkat ke-17 setelah kalah 22 dari 38 pertandingan, memang menempatkan pelatih asal Australia itu di bawah tekanan besar. Cedera parah yang melanda skuad di musim keduanya juga menjadi faktor kritis, sebuah poin yang diakui oleh klub.
Gaya bermain menyerang total yang diusung Postecoglou juga berulang kali menuai kritik, dengan dugaan penolakannya untuk beralih dari filosofi tersebut pada akhirnya mendorong Ketua Daniel Levy untuk mengakhiri masa kerjanya.
Dalam pernyataannya, Postecoglou, yang sebelumnya sukses bersama klub Liga Utama Skotlandia Celtic, mengatakan bahwa ia akan melihat waktunya bersama Tottenham sebagai pengalaman positif. "Ketika saya merenungkan waktu saya sebagai Manajer Tottenham Hotspur, emosi yang paling dominan adalah kebanggaan. Kesempatan untuk memimpin salah satu klub sepak bola bersejarah Inggris dan mengembalikan kejayaan yang layak didapatnya akan hidup bersama saya seumur hidup," katanya. Ia juga mengungkapkan keyakinannya pada grup pemain ini, dengan mengatakan, "Saya memiliki keyakinan besar pada kelompok pemain ini dan tahu ada lebih banyak potensi dan pertumbuhan di dalamnya."