Suara.com - Sebuah fenomena budaya dari Indonesia kembali mengguncang dunia maya. Tradisi Pacu Jalur, olahraga balap perahu tradisional yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, sukses mencuri perhatian global berkat aksi menawan seorang anak kecil yang berdiri di ujung perahu.
Tidak hanya sekadar menari, bocah ini menghadirkan aura karisma yang luar biasa, hingga gerakannya viral di berbagai belahan dunia.
Peristiwa ini bermula dari video sederhana yang diunggah di TikTok, menampilkan seorang anak pacu atau penari pucuk jalur yang dengan tenang berdiri di haluan perahu sambil bergoyang mengikuti irama musik.
Lagu yang mengiringi video tersebut adalah “Young Black & Rich” dari Melly Mike, menciptakan kombinasi unik antara tradisi lokal dan tren musik modern.
Siapa sangka, aksi sederhana itu justru dianggap netizen sebagai gambaran sosok "main character vibes" alias tokoh utama yang penuh karisma.
Tak butuh waktu lama, tagar #AuraFarming pun melesat di berbagai platform media sosial. Istilah ini merujuk pada ketenangan dan karisma anak pacu jalur yang tampak seperti memancarkan aura positif.
Tren ini kemudian menarik perhatian klub sepak bola papan atas dunia seperti Paris Saint-Germain (PSG) dan AC Milan.
Kedua klub tersebut bahkan mengunggah video tiruan tarian sang bocah melalui akun resmi mereka, memperlihatkan bagaimana budaya lokal Indonesia bisa menginspirasi dunia olahraga global.
Tak hanya klub sepak bola, sejumlah influencer internasional turut serta mempopulerkan gaya khas anak pacu jalur.
Baca Juga: Resmi! Ramadhan Sananta Gabung ke Klub Brunei Darussalam DPMM FC, Main di Liga Malaysia
Mereka membuat video serupa sambil berdiri di atas mobil, dermaga, hingga panggung pertunjukan.
Sosok anak kecil dari tepian Sungai Batang Kuantan kini telah menjadi ikon internet baru. Banyak netizen menyebut gerakannya sebagai bentuk seni tradisional yang modern dan memesona.
Bila ditelusuri lebih dalam, Pacu Jalur sendiri merupakan perlombaan balap perahu tradisional yang biasa digelar di Sungai Batang Kuantan, Riau.
Satu perahu atau yang disebut jalur bisa dinaiki hingga 50 orang pendayung dewasa.
Di bagian haluan, penari pucuk jalur memainkan peran penting bukan sekadar pemanis visual, tapi juga pemberi semangat bagi timnya.
Tradisi ini telah berlangsung turun-temurun dan menjadi salah satu event budaya terbesar di Riau.
Menariknya, selama ini atraksi anak pacu jalur hanya dikenal oleh masyarakat lokal. Namun berkat kekuatan media sosial, khususnya TikTok, seni gerak anak kecil ini kini dikenal hingga ke Eropa, Amerika, dan Asia.
Media luar negeri pun mengapresiasi fenomena ini sebagai contoh nyata bagaimana budaya daerah bisa bersinar di era globalisasi digital.
Fenomena viralitas semacam ini sebenarnya bukan hal baru. Sebelumnya, beberapa budaya Indonesia seperti tari Kecak dari Bali atau Reog Ponorogo juga pernah menarik perhatian dunia internasional. Namun yang membedakan, viralitas Pacu Jalur hadir dengan cara yang lebih modern: melalui meme, video TikTok, dan konten parodi yang dikemas ringan serta menghibur.
Beberapa pengamat budaya menilai, viralnya Aura Farming merupakan momentum penting untuk memperkenalkan tradisi Nusantara ke panggung internasional.
Generasi muda pun diharapkan semakin bangga terhadap warisan budaya daerahnya, sekaligus melihat peluang besar bagaimana tradisi bisa dikemas secara kreatif dan diterima global.
Tidak berlebihan jika banyak netizen menyebut gerakan anak pacu jalur ini sebagai "tarian resmi internet 2025". Sebuah penghargaan yang tidak tertulis, namun menunjukkan besarnya pengaruh budaya lokal dalam membentuk tren global.
Dengan viralnya Aura Farming, Pacu Jalur Riau kini tidak hanya sekadar tradisi balap perahu, melainkan telah menjadi simbol ketenangan, karisma, dan kebanggaan budaya Indonesia yang melintasi batas-batas negara.