Suara.com - Postingan Arya Sinulingga Soal Liga Putri Bikin Dongkol Publik: Wapres Gibran Sampai Terseret
Exco PSSI Arya Sinulingga unggah postingan soal desakan digelarnya Liga Putri pasca kegagalan Timnas Putri Indonesia melaju ke Piala Asia Putri 2026.
Postingan yang diunggah Arya Sinulingga di akun Instagram miliknya membuat publik dongkol.
Di postingan pertama, Arya menuliskan soal kesulitan mencari pemain putri profesional. Di postingan itu, Arya singgung banyaknya usulan mengenai pemain naturalisasi.
"Kenapa banyak sekali usulan pemain yang mau dinaturalisasi dari netizen? bahkan banyak sekali nama yang diusulkan tanpa pernah diminta federasi. Tapi, kenapa disuruh nyari 200-240 pemain putri yang kaliber profesional sulit sekali dilakukan?" tulis Arya di postingan pertamanya.
Sontak saja postingan itu menuai kritik tajam dari netizen di kolom komentar.
"Nyari pemain profesional tapi gada liga profesional? Logikanya dimana bang?" komentar salah satu netizen.
"Terus gunanya pssi apa ya kalo netizen yg disuruh nyari pemain??" sambung warganet lainnya.
"tugas mu apa pak?? lha ko tanya netizen?? tugas kita kan cuma menilai,"
Baca Juga: Erick Thohir Angkat Sekjen PSSI Yunus Nusi Jadi Komisaris Angkasa Pura
Tak berhenti disitu, Arya kembali postingan soal desakan publik digulirkannnya Liga Putri.
Di postingan kedua, Arya seolah menyindir publik yang menilai jika ingin ada pemain putri profesional maka PSSI harus segera menggelar Liga Putri.
Arya Sinulingga kemudian menganalogikan kompetisi Liga Putri sebagai Universitas. Jika ingin masuk ke universitas, harus terlebih dahulu mengenyam pendidikan dari level SD hingga SMA.
Arya berkilah di postingan tersebut bahwa pihak PSSI saat ini sedang bekerja membuat level SD hingga SMA.
"Saat ini federasi lagi membuat SD, SMP, dan SMA nya buat memperbanyak siswa yang nantinya bisa masuk universitas sepak bola putri. Intinya sabar," tulis Arya.
Postingan kedua dari Arya ini juga ramai komentar negatif dari netizen. Bahkan ada salah satu akun yang menyeret nama wapres Gibran Rakabuming Raka.