Gaji Tembus Rp 150 Juta Per Bulan, Cerita Pemain Liga 1 Pilih Main Tarkam di Luar Klub

Kamis, 10 Juli 2025 | 13:48 WIB
Gaji Tembus Rp 150 Juta Per Bulan, Cerita Pemain Liga 1 Pilih Main Tarkam di Luar Klub
Pemain Liga 1 tampak berbondong-bondong terlihat di turnamen-turnamen antarkampung atau tarkam. Apa ini dikarenakan kerapnya pihak klub menunggak gaji? (IG @goodtime.sports)

Suara.com - Pemain Liga 1 tampak berbondong-bondong terlihat di turnamen-turnamen antarkampung atau tarkam. Apa ini dikarenakan kerapnya pihak klub menunggak gaji sehingga pemain liga 1 main tarkam?

Fenomena pemain profesional Liga Indonesia bermain di turnamen-turnamen sepak bola tarkam telah tercipta sejak lama.

Biasanya, para pemain profesional yang bermain di turnamen tarkam adalah para pemain yang kariernya sudah habis di level teratas.

Namun dalam beberapa tahun ke belakang, fenomena pemain pro bermain di tarkam mulai diikuti oleh pemain-pemain yang masih aktif bermain di level teratas.

Penyerang muda Timnas Indonesia, Hokky Caraka, terciduk bermain di laga antar kampung atau tarkam usai tak dipanggil oleh Patrick Kluivert untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Penyerang milik PSS Sleman terciduk bermain di laga tarkam oleh netizen lewat unggahan video di kanal YouTube Adi Linggapura TV. (IG Hokky Caraka)
Penyerang muda Timnas Indonesia, Hokky Caraka, terciduk bermain di laga antar kampung atau tarkam usai tak dipanggil oleh Patrick Kluivert untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Penyerang milik PSS Sleman terciduk bermain di laga tarkam oleh netizen lewat unggahan video di kanal YouTube Adi Linggapura TV. (IG Hokky Caraka)

Hal ini terlihat dari nama-nama beken yang tepergok bermain di level amatir seperti Bayu Pradana, Heri Susanto, hingga pemain berlabel Timnas Indonesia, Hokky Caraka.

Hadirnya pemain pro di tarkam ini membuat banyak pecinta sepak bola keheranan dan naik pitam. Banyak yang menganggap para pemain, terlebih yang berlabel tim nasional, tidak menyayangi kariernya.

Namun di balik fenomena ini, ada fakta menyedihkan terkait kondisi para pemain profesional di Liga Indonesia, sehingga mereka memilih bermain di tarkam.

Salah satunya adalah soal keterlambatan gaji dari klub-klub Indonesia yang menunggak gaji dan membuat para pemain profesional tak mendapat pemasukan.

Gaji Ditunggak, Agen Tarkam Bertindak

Baca Juga: Eks Petinggi AFF Ramal Timnas Indonesia: Suatu Hari Tidak Ada Pemain Keturunan yang Mau Datang

Masalah penunggakan gaji dari klub-klub Indonesia bukanlah barang baru. Pada Liga 1 2023-2024, tercatat ada lima klub yang menunggak gaji pemain.

Fenomena menunggak gaji ini bahkan terus berlanjut dan biasanya mencuat saat kompetisi memasuki akhir musim. Tak jarang hal ini membuat pemain berani bersuara.

Sebagai contoh adalah pemain dari PSIS Semarang yang mengaku belum mendapat gaji selama dua hingga empat bulan.

Keterlambatan gaji membuat para pemain pro di Tanah Air kebingungan untuk mendapat pundi-pundi guna memenuhi kebutuhannya dan keluarga.

Tak mengherankan jika salah satu jalan yang ditempuh adalah dengan berkecimpung di turnamen antarkampung atau tarkam.

Menurut penuturan salah satu agen tarkam, Pangestu Agung, para pemain Liga 1 banyak yang bersedia bermain di tarkam karena untuk memenuhi kebutuhannya.

“Kita tidak usah munafik ya mas. Namanya orang kerja di sepak bola, kalau mereka telat gaji satu bulan saja, anak istrinya mau makan apa?,” tutur Agen Agung dikutip dari akun Instagram @kartelbola.

“Kehidupan harus tetap berjalan kan? Akhirnya mau nggak mau, dia harus main tarkam,” lanjut agen di tarkam itu.

Lebih lanjut, Agung secara blak-blakan menyebut jika para pemain profesional ini mendapat bayaran yang cukup fantastis.

Disebutkan, seorang pemain berlabel Liga 1 bisa mendapat bayaran hingga Rp5 juta untuk tampil di satu pertandingan saja.

“Kalau bermain Rp5 juta, 1 bulan ada 30 hari, 10 kali aja dia main, sudah Rp50 juta,” tambah Agung.

Tak hanya bayaran yang besar, bahkan para pemain pro itu bisa mendapatkan bayaran lainnya karena performanya di lapangan.

Salah satunya via saweran bernilai masif dari para penonton yang hadir menonton aksi mereka di turnamen tarkam.

Saweran dari Penonton

Sawer atau saweran umumnya dikenal masyarakat Indonesia dilakukan di acara-acara musik, terutama dangdutan.

Biasanya, penonton akan memberikan uang kepada pengisi acara karena dianggap telah menghibur dengan performa yang ditampilkan.

Aksi sawer ini kini pun mulai dirasakan para pemain tarkam, terutama para pemain profesional yang punya kemampuan di atas rata-rata.

Sebagai contoh ada Herman Dzumafo. Striker kenamaan dari era Liga Super Indonesia ini pernah mendapat saweran dari penonton karena aksinya di lapangan.

Terlihat dalam video unggahan @goodtime.sports di Instagram, penyerang kelahiran Kamerun itu mendapat saweran uang yang kemudian dimasukkan ke kaus kakinya.

Tak hanya Herman Dzumafo, ada pula pemain asal Mali bernama Seydou Diakite yang rekam jejaknya di Indonesia tergolong biasa-biasa saja.

Diakite yang tercatat hanya pernah bermain di Badak Lampung ini, kerap mendapat saweran ratusan ribu rupiah dari penonton karena penampilan apiknya di lapangan.

Sama seperti Herman Dzumafo, Diakite memasukkan uang hasil saweran dari penonton ini ke dalam kaus kakinya.

Bisa dikatakan, saweran ini menjadi bonus tersendiri bagi para pemain karena terlepas dari bayaran yang didapatkannya dari tim-tim tarkam yang mengontraknya.

Melihat adanya bayaran besar dan saweran tersebut, tak mengherankan turnamen tarkam tampak seksi bagi para pesepak bola profesional Tanah Air.

Dapat disimpulkan jika masalah tarkam ini bukan karena para pemain tidak bersikap profesional, melainkan karena klub-klub Indonesia yang acapkali tidak cakap untuk memenuhi hak pemain yang bekerja di lapangan hijau.

(Felix Indra Jaya)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI