Suara.com - Setelah beberapa waktu tak terdengar kabarnya, Indra Sjafri mengatakan bahwa ia saat ini menjabat Plt Dirtek Timnas Indonesia.
Posisi strategi di sepak bola Indonesia yang sebelumnya diemban oleh Frank Wormuth dari Jerman.
Posisi baru yang diemban oleh Indra Sjafri ini menandai kembalinya salah satu arsitek sepak bola paling berpengaruh di Indonesia ke pusat penyusunan kebijakan.
Dari yang tadinya identik dengan "blusukan" di lapangan becek pelosok negeri, kini Indra Sjafri memegang pena untuk merancang cetak biru yang akan menentukan arah pembinaan sepak bola nasional dari Sabang sampai Merauke.

Ini adalah sebuah peran dengan kekuasaan besar, sekaligus tanggung jawab yang maha berat.
Indra Sjafri adalah sosok di balik lahirnya beberapa generasi terbaik yang pernah dimiliki Timnas Indonesia di level usia muda.
Generasi Juara AFF U-19 2013
Ini adalah mahakarya pertamanya yang paling dikenang.
Melalui metode blusukan yang fenomenal, ia menemukan dan memoles sekumpulan anak muda yang kemudian mengguncang Asia Tenggara.
Baca Juga: Bocoran Eks Tangan Kanan STY: Timnas Indonesia U-17 Gelar 3 Uji Coba di Spanyol
Nama-nama seperti Evan Dimas Darmono, I Putu Gede Juni Antara, Hansamu Yama Pranata, Zulfiandi, Maldini Pali, dan Ilham Udin Armaiyn adalah produk asli dari tangan dinginnya.
Mereka bukan hanya juara, tetapi bermain dengan gaya yang menghibur dan penuh percaya diri.
Generasi Emas SEA Games 2023
Setelah 32 tahun penantian, Indra Sjafri kembali menjadi sutradara saat Timnas U-22 Indonesia merebut medali emas SEA Games di Kamboja.
Di skuad itu, ia memoles talenta-talenta yang kini menjadi pilar tim senior asuhan Shin Tae-yong, seperti Rizky Ridho, Witan Sulaeman, Ramadhan Sananta, dan Marselino Ferdinan.
Blusukan untuk Total Football: Sinergi yang Sempurna?
Di atas kertas, kolaborasi ini terlihat seperti sebuah takdir.
Patrick Kluivert dan Simon Tahamata adalah representasi murni dari filosofi "Total Football" Ajax dan Belanda.
Permainan yang mengandalkan teknik tinggi, kecerdasan spasial, pergerakan tanpa bola, dan keberanian dalam menyerang.
Di sinilah peran Indra Sjafri menjadi vital. Sebagai Plt Direktur Teknik, ia bertanggung jawab menyusun kurikulum pembinaan usia dini di seluruh Indonesia.
Metode "blusukan"-nya yang legendaris kini memiliki tujuan baru yang lebih spesifik, bukan lagi sekadar mencari talenta, melainkan mencari pemain dengan tipe DNA yang sesuai dengan cetak biru Kluivert dan Simon Tahamata.
Ia kini bertugas memastikan bahwa dari pelosok Aceh hingga Papua, anak-anak Indonesia dilatih dengan filosofi yang sama, sehingga saat mereka mencapai level senior, mereka sudah siap "berbicara" dalam bahasa taktik yang sama dengan Patrick Kluivert.
Indra Sjafri dikenal lebih suka bekerja dengan pemain muda yang masih "bersih" dan bisa dibentuk.
Ia percaya lebih mudah menanamkan filosofi pada talenta mentah daripada mengubah kebiasaan pemain yang sudah matang.
![Kriteria Pemain Incaran Simon Tahamata untuk Timnas Indonesia, Bukan Kaleng-kaleng! [Dok. IG Simon Tahamata]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/03/83124-simon-tahamata.jpg)
Jauh sebelum menjadi figur nasional, Indra Sjafri adalah seorang instruktur yang rajin berkeliling Indonesia.
Ia memiliki salah satu database talenta paling komprehensif, lengkap dengan catatan perkembangan setiap pemain yang ia pantau.
Selaras dengan filosofi Belanda, Indra Sjafri selalu menempatkan "kecerdasan bermain" sebagai salah satu kriteria utamanya.
Ia sering mengatakan bahwa pemain hebat tidak hanya menggunakan kakinya, tetapi juga otaknya.