Suara.com - Klub bersejarah, Hellas Verona, dilaporkan menaruh minat serius untuk merekrut pemain keturunan Indonesia, Emil Audero.
Bagi banyak orang, Verona mungkin hanya dianggap sebagai klub papan bawah-tengah Serie A.
Namun, di balik itu, tersimpan sebuah sejarah emas yang bahkan tidak dimiliki oleh klub-klub Serie A Italia lainnya.
Dongeng Scudetto 1985
Kisah terbesar dan paling legendaris dari Hellas Verona terjadi pada musim 1984/1985.
Saat itu, di bawah arahan pelatih jenius Osvaldo Bagnoli, Verona yang tidak diunggulkan sama sekali berhasil melakukan salah satu keajaiban terbesar dalam sejarah sepak bola.
![Palermo dilaporkan secara bertahap meninggalkan kemungkinan untuk memboyong kiper Timnas Indonesia, Emil Audero secara permanen dari klub Serie A Como 1907.[DOk. IG@emil_audero]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/27/32303-emil-audero.jpg)
Mereka mengalahkan Juventus-nya Michel Platini, Inter Milan-nya Karl-Heinz Rummenigge, dan Napoli-nya Diego Maradona untuk meraih satu-satunya Scudetto dalam sejarah klub.
Kemenangan ini begitu ikonik karena diraih oleh tim yang berisi "pemain pekerja keras" seperti Preben Elkjær Larsen dan Hans-Peter Briegel, bukan para superstar.
Hingga hari ini, Scudetto Verona 1985 dianggap sebagai dongeng sejati, sebuah bukti bahwa dalam sepak bola, segalanya mungkin terjadi.
Baca Juga: Profil Hellas Verona, Klub Serie A Liga Italia Diam-diam Incar Emil Audero
Fakta Menarik yang Jarang Diketahui
Nama dari Yunani Kuno
Nama "Hellas" pada klub ini tidak dipilih secara acak. Nama tersebut diusulkan oleh seorang profesor studi klasik saat pendirian klub pada tahun 1903, sebagai penghormatan kepada Yunani Kuno (Hellas), tempat lahirnya Olimpiade dan semangat olahraga.
Derby Paling Unik di Italia
Selama bertahun-tahun, kota Verona menjadi satu-satunya kota non-ibukota di Italia yang memiliki dua tim di Serie A.
Verona menjadi panggung dari "Derby della Scala", yang mempertemukan Hellas Verona dengan rival sekotanya, Chievo Verona.
Julukan Para Pejuang
Suporter dan klub ini memiliki beberapa julukan khas: Gialloblu (Kuning-Biru) sesuai warna kebesaran mereka, dan Mastini (Anjing Mastiff), yang melambangkan semangat juang dan kegigihan mereka di lapangan.
Kondisi Finansial: Seni Bertahan Hidup dengan Jual Beli Pemain
Untuk memahami mengapa Verona tertarik pada pemain seperti Emil Audero, kita harus melihat model bisnis dan kondisi finansial mereka.
Berdasarkan laporan dan analisis mendalam dari media finansial olahraga Italia, Calcio e Finanza, dalam lima tahun terakhir Hellas Verona beroperasi dengan sebuah strategi yang jelas, bertahan hidup melalui player trading.
Di bawah kepemilikan Presiden Maurizio Setti, Verona menjadi salah satu klub paling aktif di bursa transfer. Model bisnis mereka adalah:
- Membeli pemain potensial dengan harga murah atau meminjam dengan opsi.
- Memberikan mereka panggung di Serie A untuk bersinar.
- Menjual mereka dengan keuntungan signifikan (plusvalenza) ke klub-klub yang lebih besar.
Pemain seperti Amir Rrahmani (dijual ke Napoli), Marash Kumbulla (ke Roma), Mattia Zaccagni (ke Lazio), dan Ivan Ili (ke Torino) adalah contoh sukses dari model ini.
Namun, strategi ini juga penuh risiko. Laporan keuangan mereka menunjukkan klub seringkali berada di bawah tekanan finansial, dan penjualan pemain menjadi satu-satunya cara untuk menyeimbangkan neraca dan mendaftar ke musim berikutnya.
Hellas Verona secara konsisten berjuang menghindari degradasi sambil terus mencari keuntungan dari pasar transfer.