Drawing Belum Mulai, Satu Negara Sudah Dirugikan AFC Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026

Arief Apriadi Suara.Com
Kamis, 17 Juli 2025 | 11:13 WIB
Drawing Belum Mulai, Satu Negara Sudah Dirugikan AFC Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
Drawing Belum Mulai, Satu Negara Sudah Dirugikan AFC Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026. [Dok. IG/afcasiancup]

Suara.com - Kontroversi mengiringi jelang dilangsungkannya drawing ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Padahal pengundian grup baru akan dilakukan pada siang ini, Rabu (17/7/2025) pukul 14.00 WIB.

Satu negara sudah dipastikan dirugikan jelang drawing ronde keempat ini yakni Irak. Mereka dirugikan akibat keputusan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) yang dinilai tidak adil dalam penentuan pot unggulan.

Penyebabnya tak lain adalah keputusan AFC yang tidak menggunakan ranking FIFA terbaru edisi Juli 2025 sebagai dasar pembagian pot. Sebaliknya, AFC justru memakai peringkat per 13 Juni 2025.

Hal ini memicu protes dari Irak. Sebab dalam ranking terbaru yang dirilis FIFA pada 10 Juli 2025, Irak duduk di posisi 58 dunia, mengungguli Arab Saudi yang berada di posisi 59.

Namun ironisnya, AFC tetap memasukkan Arab Saudi ke Pot 1 bersama Qatar, sedangkan Irak harus puas masuk ke Pot 2.

Dengan sistem ini, Irak berpotensi tergabung di grup yang sama dengan tim unggulan seperti Qatar.

Format round-robin satu kali pertemuan dalam fase ini memperparah dampak ketimpangan pot, karena setiap laga sangat menentukan.

Irak hanya akan bermain dua kali untuk memperebutkan tiket ke Piala Dunia 2026.

Padahal, berdasarkan format dan jadwal resmi FIFA, seluruh laga ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia telah rampung pada Juni lalu.

Baca Juga: Ole Romeny Terancam Absen di Ronde Keempat, Posisinya Diisi Jens Raven?

Artinya, tidak ada alasan bagi AFC untuk tetap mengacu pada ranking lama. Banyak pihak menilai keputusan AFC ini justru menabrak prinsip keadilan dan transparansi.

"Ini keputusan yang sangat mengecewakan. Kami merasa tidak dihargai meski telah bekerja keras naik peringkat," ujar seorang pejabat sepak bola Irak yang dikutip media lokal.

Polemik ini juga semakin pelik lantaran kedua negara yang berada di Pot 1—Qatar dan Arab Saudi—ditunjuk sebagai tuan rumah putaran keempat.

AFC tidak memberikan alasan teknis yang gamblang mengapa dua peserta aktif ini bisa menjadi penyelenggara.

Langkah ini memicu spekulasi adanya keberpihakan terhadap tim-tim tertentu.

Banyak pengamat menyebut keputusan AFC seperti ini membuka ruang kecurigaan akan “pilih kasih” terhadap negara tuan rumah.

Lebih jauh, dalam dokumen resmi AFC sebelumnya, disebutkan bahwa pembagian pot didasarkan pada ranking FIFA April 2025.

Namun fakta di lapangan berubah cepat. Setelah laga terakhir ronde ketiga rampung pada pertengahan Juni, FIFA merilis ranking terbaru pada 10 Juli 2025 yang menggambarkan kekuatan terkini tiap tim.

Dengan perkembangan tersebut, banyak pihak menilai seharusnya ranking Juli digunakan karena lebih representatif dan adil.

Irak, yang seharusnya naik ke Pot 1 bersama Qatar, malah disalip Arab Saudi yang ranking-nya justru turun.

Penempatan tim di Pot 1 memberi keuntungan signifikan karena potensi menghadapi tim-tim dari pot lebih rendah di fase grup.

Hal ini penting mengingat hanya juara grup yang berhak lolos langsung ke Piala Dunia, sementara runner-up masih harus melalui play-off antarbenua.

AFC sendiri berdalih bahwa cutoff date atau batas penentuan peringkat memang ditetapkan sejak awal, yakni 13 Juni 2025.

Namun keputusan ini dianggap kaku dan tidak mempertimbangkan dinamika sepak bola yang sangat cepat berubah.

Dalam situasi ini, Timnas Indonesia pun terkena dampak meski tak secara langsung. Tim Garuda, yang ditempatkan di Pot 3, akan menghadapi satu tim dari Pot 1 dan satu dari Pot 2.

Artinya, Timnas Indonesia bisa bertemu dengan Qatar dan Irak dalam satu grup. Hal ini tentu membuat tantangan semakin berat, apalagi seluruh pertandingan akan digelar di wilayah lawan.

Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, dan pelatih-pelatih lain kini dipaksa menyusun strategi secara presisi karena tidak ada ruang untuk kesalahan di fase ini.

Proses drawing yang seharusnya jadi simbol sportivitas dan keadilan justru menyisakan polemik yang memperkeruh jalannya turnamen.

Ini menjadi pelajaran penting bahwa federasi sepak bola, termasuk AFC, harus senantiasa menjunjung prinsip fair play, terutama dalam hal-hal teknis yang berdampak besar pada perjalanan negara-negara peserta.

Kontributor : Imadudin Robani Adam

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI