Suara.com - Lamine Yamal kini resmi menyandang nomor punggung keramat 10 di Barcelona, menggantikan warisan besar dari para legenda seperti Lionel Messi, Ronaldinho, hingga Diego Maradona.
Tepat dua hari setelah genap berusia 18 tahun, Yamal menandatangani kontrak jangka panjang dengan Blaugrana hingga 2031, menandai dimulainya era baru di Camp Nou.
Meski beban nomor 10 sangat besar, Yamal terlihat tampil penuh percaya diri dalam acara peresmian yang digelar pada Rabu (16/7) malam waktu setempat.
“Saya tidak merasa tertekan. Messi sudah menjalani jalannya, sekarang giliran saya,"

"Nomor 10 ini sebelumnya milik Ansu Fati. Saya akan mencoba menciptakan jalan saya sendiri,” tegas Yamal seperti dikutip dari Diario AS.
Lamine Yamal juga mendapatkan kontrak anyar sampai 2031. Acara penandatanganan digelar secara familiar dan emosional, dengan kehadiran keluarga besar Yamal.
“Ini mimpi masa kecil saya. Saya dan keluarga sangat bahagia. Barça adalah seluruh hidup saya. Sejak saya berusia tujuh tahun, klub ini sudah menjadi rumah,” ujar pemain jebolan La Masia tersebut.
Acara perkenalan Lamine Yamal sebagai pemilik baru nomor 10 menarik perhatian luas media dan suporter.
Toko resmi FC Barcelona disulap dengan dominasi jersey bernomor punggung 10 bertuliskan Yamal, yang dijual seharga €134,99 untuk ukuran dewasa.
Baca Juga: Lionel Messi Tak Berkutik, Inter Miami Dihajar Habis Cincinnati
Di luar toko, para penggemar dan turis berkerumun untuk menyaksikan langsung bintang masa depan Spanyol ini.
“Saya ingin terus menang dan berkembang. Saya masih sangat muda. Kami akan menikmati musim ini dan saya yakin kami akan menang,” kata Yamal dengan optimisme tinggi.
Skandal Pesta Lamine Yamal
Sebelumnya, Lamine Yamal mendapat sorotan luas pasca pesta liar saat merayakan ulang tahun ke-18.
Perayaan ulang tahun ke-18 Yamal, yang digelar megah dengan nuansa “gangster party” dan dihadiri selebriti top seperti Bizarrap, Bad Gyal, hingga Lola Índigo.
Yang memicu kontroversi besar adalah kehadiran wanita penghibur dan pengisi acara bertubuh pendek (dwarf), yang dianggap melecehkan kelompok disabilitas.
Bahkan, Kementerian Hak Sosial Spanyol telah meminta penyelidikan terhadap acara tersebut, menyoroti dugaan pelanggaran terhadap hukum perlindungan disabilitas.
Psikolog olahraga ternama, Enrique Cantón, menyatakan bahwa berada di puncak dunia sepak bola pada usia semuda Yamal bukanlah hal mudah untuk dijalani.
“Bukan berarti dia sakit secara mental, tapi dia butuh dukungan psikologis profesional agar bisa mengelola tekanan, sorotan, dan ekspektasi setinggi ini,” ujarnya seperti dikutip dari El Confidencial
![Lamine Yamal Butuh Dukungan Bukan Penghakiman [Instagram Lamine Yamal]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/16/20882-lamine-yamal.jpg)
Tanpa dukungan yang tepat dari klub, keluarga, dan lingkungan sekitarnya, karier Yamal berisiko terjun bebas, sebagaimana dialami banyak bintang muda lain.
Lebih lanjut, Gabino Carmona, pelatih dan mentor federasi Spanyol, mengingatkan soal bahaya lingkungan yang tidak berani berkata jujur kepada pemain muda seperti Yamal.
“Siapa yang berani bilang ‘tidak’ ke Yamal kalau itu berarti kehilangan status sebagai temannya?” ujarnya tajam.
Lingkungan dan teman dekat harus memiliki otoritas moral dan keberanian untuk memberikan kritik membangun, bukan hanya menjadi ‘yes men’ yang memperparah eksposur negatif.
Sementara itu, psikolog Rai de las Heras menegaskan pentingnya batasan sosial dan nilai edukatif bagi pemain muda.
“Kita tak bisa terus bersembunyi di balik alasan ‘selama dia tampil bagus di lapangan, tak ada masalah’. Atlet muda juga harus belajar soal tanggung jawab sosial,” kata Rai.