Suara.com - Rekrutan anyar tim U-18 Arsenal, Demiane Agustien mengaku bangga jika bisa mengenakkan jersey tim nasional.
Demiane Agustien memiliki garis keturunan Indonesia dari sang ibu.
Ibu Demiane merupakan perempuan berdarah campuran Mesir dan Indonesia yang lahir di Belanda. Nenek dari pihak ibu merupakan kelahiran asli Indonesia.
Sedangkan sang ayah, Kemy Agustien, mantan pemain Timnas Belanda kelompok umur yang juga pernah memperkuat Curacao di level senior saat dilatih Patrick Kluivert.
![Dipanggil Timnas! Ayah Demiane Agustien Pemain Keturunan Indonesia Loncat Kegirangan [Tangkap layar X]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/23/79492-demiane-agustien.jpg)
Menggunakan jersey tim nasional kata Demiane Agustien merupakan satu kebanggaan dan pembuktian sebagai seorang pesepak bola.
Hal itu disampaikan pemain keturunan Indonesia itu saat menerima panggil untuk mengikuti pemusatan latihan tim U-18 Belanda pada Maret lalu.
“Rasanya spesial. Bisa mengenakan jersey timnas adalah bukti bahwa aku termasuk yang terbaik di generasiku. Itu memberi motivasi ekstra,” kata Demiane seperti dikutip dari Voetbal International.
Tak hanya Demiane, sang ayah Kemy pun mengaku sangat senang sampai ia terus meloncat kegirangan begitu tahu sang anak dipanggil ke tim U-18 Belanda.
“Aku sudah beberapa hari ini melompat-lompat kegirangan,” tulisnya. “Rasanya seperti aku sendiri yang akan main lagi.”
Baca Juga: Dipanggil Timnas! Ayah Demiane Agustien Pemain Keturunan Indonesia Loncat Kegirangan
Namun bagi Kemy, yang terpenting bukan hanya soal karier atau prestasi.
“Hubungan kami sangat dekat. Yang paling penting adalah menjadi ayah yang hadir — karena aku sendiri tumbuh tanpa bimbingan ayah. Itu membuatku ingin selalu ada untuk Demiane, dalam dan di luar lapangan.”
Kemy dengan bangga menyebut anaknya sebagai “versi lebih baik dari dirinya sendiri.”
“Dia jauh lebih siap dibanding saya di usia yang sama. Saya tumbuh tanpa bimbingan seorang ayah, apalagi dari seseorang yang paham dunia sepak bola. Sekarang saya ingin membimbingnya, agar ia tidak jatuh di lubang yang dulu pernah saya alami,” ungkap senior Nathan Tjoe-A-On di Swansea itu.
Bimbingan Kemy tak berhenti di taktik saja. Ia juga menekankan pentingnya kerja keras dan dedikasi penuh dalam mengejar mimpi sebagai pesepakbola profesional.
“Kalau saya harus tiba di klub jam 9 pagi, saya biasanya sudah datang jam 7. Saya latihan tambahan di gym atau berlatih shooting,"
"Ayah juga bantu saya soal pola makan — apa yang baik dikonsumsi setelah bertanding, dan apa yang sebaiknya dihindari,” cerita Demiane.
Sebagai mantan pemain yang telah merasakan kerasnya persaingan di Eropa, Kemy tahu bahwa bakat tanpa kerja keras bukan jaminan sukses.
“Saya selalu bilang ke Demiane: kamu punya bakat, tapi ada sepuluh ribu pemain lain yang juga punya. Kalau kamu tidak kasih 120 persen setiap hari dan hanya andalkan talenta, mereka akan menyalip kamu,” kata Kemy tegas.