Suara.com - Pada usia 21 tahun, Justin Hubner hidup dalam dua dunia yang sangat berbeda. Di Belanda, ia hanyalah sosok yang nyaris tak dikenal publik sepak bola.
Namun di Indonesia, bek Fortuna Sittard itu bak megabintang—lengkap dengan jutaan pengikut di media sosial, proyek fashion, hingga parfum dengan namanya sendiri.
Lahir di Den Bosch dan memiliki darah Indonesia, Hubner resmi menjadi sorotan sejak melakukan debut bersama Timnas Indonesia pada awal 2024. Sejak itu, hidupnya berubah drastis.
“Di sana saya benar-benar punya status bintang. Jalan di pusat kota saja hampir mustahil. Rasanya seperti jadi Ronaldo,” ungkap Hubner dengan senyum lebar seperti dikutip dari NOS.
![Debut Justin Hubner: Main 3 Menit Makan 1 Korban dan 3 Gol [Tangkap layar X]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/02/12530-justin-hubner.jpg)
Ketenarannya di Tanah Air bukan sekadar di lapangan hijau.
Media sosialnya dipenuhi potret glamor—dari pemotretan untuk brand besar, kolaborasi fashion, hingga promosi parfum miliknya.
Tak jarang, penggemar mengejarnya sambil menangis hanya demi berfoto.
“Kadang saya sendiri sulit percaya semua ini nyata,” ujarnya. “Di Eropa, untuk punya status seperti ini, Anda harus jadi pemain top Premier League.”
Namun, sorotan publik membawa konsekuensi. Popularitasnya tak selalu manis. Hubner mengaku sering menerima hujatan dan bahkan ancaman.
Baca Juga: Breaking News! Jay Idzes Jalani Tes Medis, Sassuolo Unggah Foto Ini
“Saya sering dapat ancaman pembunuhan. Gila memang. Tapi saya coba fokus pada komentar positif, karena jumlahnya jauh lebih banyak,” jelasnya.
Perjalanan karier Hubner terbilang unik. Ia tak pernah mencicipi Eredivisie. Pada usia 16 tahun, ia meninggalkan Belanda untuk bergabung dengan akademi Wolverhampton Wanderers di Inggris.
Meski tak menembus tim utama Wolves, pengalaman itu membawanya ke Cerezo Osaka di Jepang.

Sayangnya, ia hanya mencatat delapan penampilan di sana, sebagian besar sebagai pemain pengganti.
Musim panas ini, Fortuna Sittard meminangnya—salah satu transfer paling disorot klub tersebut.
Hubner melihat ini sebagai kesempatan membuktikan diri di Eropa.
“Di Asia, saya sudah terkenal. Tapi di Belanda, saya belum apa-apa. Saya harus main sebanyak mungkin dan menunjukkan kemampuan saya. Saya sudah terlalu lama diam. Inilah yang saya cintai—bermain sepak bola,” tegasnya.
Meski kariernya baru menanjak, Hubner telah menikmati gaya hidup yang biasa didapat pemain senior—terbang lintas negara, menghadiri acara glamor, dan menjadi wajah kampanye brand besar.
Namun di balik itu, ia tetap menyimpan ambisi sederhana, sukses di lapangan.
“Fokus saya tetap sepak bola. Semua yang di luar itu bonus,” kata pemain yang kini telah mengoleksi 15 caps bersama Timnas Indonesia tersebut.