- Transfer Mees Hilgers ke Brest gagal karena masalah tes medis dan deadline Ligue 1 yang lebih cepat.
- Brest punya sejarah panjang, dari kebangkrutan 1991 hingga bangkit lewat Ribéry pada 2004.
- Musim 2023/2024 jadi anomali, ketika Brest berhasil finis ketiga Ligue 1 dan menembus Liga Champions.
Suara.com - Stade Brestois 29, atau yang akrab disebut Stade Brest, mendadak ramai diperbincangkan pecinta sepak bola Indonesia.
Bukan soal kemenangan, melainkan karena kabar batalnya kepindahan Mees Hilgers ke klub Ligue 1 Prancis tersebut.
Hilgers sejatinya sudah sepakat meninggalkan FC Twente untuk bergabung ke Brest dengan status pinjaman satu musim plus opsi permanen.
Bahkan, bek berdarah Indonesia itu sempat memperpanjang kontrak di Enschede demi kelancaran proses transfer.
Namun, di detik terakhir, transfer tersebut kandas.
“Urusan dokumen sudah selesai tepat waktu, tetapi tidak cukup waktu untuk menyelesaikan tes medis, seperti yang diwajibkan oleh Asosiasi Sepak Bola Prancis,” tulis De Telegraaf.
Masalah muncul karena jendela transfer di Prancis lebih cepat tutup dibanding liga top Eropa lain.
Jika negara lain masih memberi waktu hingga tengah malam, Ligue 1 sudah menutup pasar pada Senin (1/9) pukul 20.00 waktu setempat.
Hilgers pun gagal menjalani tes medis, dan kontrak yang sudah siap tak bisa difinalisasi.
Baca Juga: Tantangan Berat Calvin Verdonk di Lille, Rivalnya Berlabel Bek Timnas Prancis
Dari Klub Katolik ke Liga Champions
![Kronologi Mees Hilgers Batal ke Brest, Terganjal Masalah Teknis Menit Akhir! [Dok. IG Mees Hilgers]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/02/58679-mees-hilgers.jpg)
Brest bukan klub baru di Prancis. Didirikan pada 1950 dari gabungan lima organisasi Katolik lokal, mereka mulai merintis jalan di sepak bola nasional.
Tahun 1979, Brest akhirnya merasakan Division 1 untuk pertama kalinya.
Era keemasan pertama hadir di bawah presiden François Yvinec pada 1980-an.
Kala itu, Brest berani merekrut pemain Amerika Selatan dan menutup musim di posisi kedelapan, prestasi terbaik mereka saat itu.
Nama-nama seperti David Ginola hingga Stéphane Guivarc’h pernah merumput di sana.
Sayangnya, krisis finansial pada 1991 membuat klub terdegradasi dan bangkrut.
Mereka terpaksa membangun kembali dari divisi bawah. Butuh waktu panjang hingga akhirnya Brest kembali ke level profesional.
Pada 2004, dengan bantuan pemain muda bernama Franck Ribéry, Brest promosi ke Ligue 2.
Perjalanan terus berlanjut hingga kembali ke Ligue 1 musim 2010/2011, meski tetap dipandang sebagai tim papan bawah.
Anomali 2023/2024: Lolos ke Liga Champions
Segalanya berubah di musim 2023/2024. Dengan materi skuad yang tak sebanding dengan PSG atau Monaco, Brest justru menutup Ligue 1 dengan finis ketiga.
Catatan 17 kemenangan dan 10 imbang dari 34 laga jadi rekor terbaik mereka sepanjang sejarah.
Posisi tersebut otomatis memberi tiket ke Liga Champions untuk kali pertama.
Meski stadion utama mereka, Stade Francis-Le Blé, tidak memenuhi standar UEFA, Brest memilih bermarkas sementara di Stade de Roudourou milik Guingamp.
Kisah heroik pun lahir. Brest menorehkan kemenangan perdana di kompetisi Eropa dengan menumbangkan Sturm Graz 2-1 pada September 2024.
Mereka bahkan membuat kejutan dengan menghajar Red Bull Salzburg 4-0 dan menahan imbang jawara Bundesliga, Bayer Leverkusen.
Langkah mereka memang terhenti saat bertemu Barcelona dan Real Madrid.
Tetapi, prestasi itu sudah cukup menahbiskan Brest sebagai anomali Ligue 1 dan salah satu dongeng sepak bola paling inspiratif dari Prancis.
Eric Roy, pelatih yang membawa tim ini mencetak sejarah, diganjar penghargaan Manager Terbaik Ligue 1 2023/2024.
Profil Singkat Stade Brestois 29
- Nama Klub: Stade Brestois 29 (Stade Brest)
- Tahun Berdiri: 1950 (hasil merger lima klub Katolik lokal, salah satunya Armoricaine de Brest, 1903)
- Julukan: Les Pirates / The Pirates
- Stadion: Stade Francis-Le Blé (kapasitas ±15.000) – Liga Champions menggunakan Stade de Roudourou (Guingamp)
- Prestasi Tertinggi Ligue 1: Posisi ke-3 (musim 2023/2024)
- Partisipasi Eropa: Liga Champions UEFA 2024/2025 (pertama dalam sejarah klub)
Legenda Klub: David Ginola, Stéphane Guivarc’h, Franck Ribéry