- Calvin Verdonk mengikuti jejak Patrick Kluivert di Lille
- Kehadiran Kluivert di Lille lebih berpengaruh secara simbolis dan mentalitas
- Kedatangan Kluivert menandai transformasi Lille sebagai klub
Suara.com - Pemain Timnas Indonesia, Calvin Verdonk resmi berkarier di Liga Prancis bersama LOSC Lille.
Verdonk mengikuti jejak karier pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert yang pernah membela Lille pada 2007.
Sama seperti Calvin Verdonk, saat itu kepindahan Patrick Kluivert ke Lille juga mengejutkan banyak pihak.
Lille yang kala itu bukan klub papan atas, berhasil mendatangkan salah satu striker terbaik Eropa di era 90-an.
![Calvin Verdonk Sah Jadi Pemain Indonesia Pertama di Liga Prancis [losc.fr]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/01/55178-calvin-verdonk.jpg)
Kluivert bergabung dengan status bebas transfer setelah meninggalkan PSV Eindhoven, dan langsung menjadi magnet perhatian bagi skuad asuhan Claude Puel.
Lille saat itu kehilangan ketajaman di lini depan setelah ditinggal Keita dan Odemwingie.
Dalam enam laga awal Ligue 1 musim 2007/2008, mereka hanya mampu mencetak lima gol.
Manajemen klub kemudian mencari sosok yang bukan hanya mampu menambah daya gedor, tetapi juga bisa memberi pengalaman kepada skuad muda yang tengah berkembang.
Nama Patrick Kluivert pun muncul. Meski usianya sudah 31 tahun dan rekam jejak beberapa musim terakhir diliputi cedera, kualitas dan pengalamannya dianggap tepat.
Baca Juga: Kondisi Belum Stabil, 3 Agenda Sepak Bola Dalam Negeri Kini Dalam Ancaman! Sudah Tahu?
“Patrick ingin memperpanjang kariernya, sementara kami butuh figur dengan pengalaman tinggi,” kata Claude Puel kala itu dikutip dari SoFoot
Ketika tiba di Prancis, kondisi fisik Kluivert jauh dari ideal.
Ia datang dengan kelebihan berat badan, bahkan sempat dianggap kesulitan mengikuti program latihan ketat ala Puel.
Namun, sang striker bekerja keras dan berhasil menurunkan berat badan hingga 15 kilogram.

Walau demikian, masalah lutut yang sudah lama menghantui membuatnya tak bisa tampil maksimal di setiap pertandingan.
Meski begitu, kehadirannya tetap memberi dampak positif.
Dengan teknik, visi bermain, dan pengalaman di level tertinggi, Kluivert sering dimainkan lebih dalam sebagai gelandang serang ketimbang striker murni.
Ia memang hanya mencatatkan 4 gol dari 14 pertandingan di Ligue 1, tetapi kontribusinya lebih terasa di ruang ganti ketimbang di papan skor.
Kehadiran Kluivert ibarat sekolah sepak bola langsung di lapangan.
Jean-Michel Vandamme, tokoh penting di akademi klub, menyebut Kluivert sebagai teladan profesionalisme.
Ia tidak pernah bersikap arogan meski berstatus bintang dunia, bahkan kerap memberi masukan kepada pemain muda.
“Dia memberi contoh bagaimana menjadi profesional sejati. Sikapnya rendah hati, dekat dengan semua orang, dan selalu siap membantu,” ujar Vandamme.
Claude Puel pun menambahkan, meski fisiknya menurun, setiap kali Kluivert menyentuh bola, kualitas kelas dunia masih terlihat jelas. Sentuhan, visi, dan tekniknya tetap membuat kagum rekan setim.
Secara statistik, kontribusi Kluivert mungkin tidak mencolok.
Namun secara simbolis, kedatangannya menjadi penanda perubahan arah Lille.
Klub yang sebelumnya dikenal hanya berjuang menghindari degradasi, kini mulai berani bermimpi lebih besar.
Kehadiran nama besar seperti Kluivert memberi validasi bahwa Lille sedang naik kelas.
Kontributor: M.Faqih