- UEFA disebut tengah mempersiapkan voting untuk menangguhkan Israel dari kompetisi internasional.
- Netanyahu, menteri olahraga, dan federasi sepak bola Israel dilaporkan melobi intensif agar sanksi batal.
- Tekanan internasional makin besar seiring kritik global atas operasi militer Israel di Gaza.
Suara.com - UEFA dikabarkan semakin dekat untuk mengambil langkah besar: menangguhkan Israel dari keanggotaan mereka.
Menurut laporan Associated Press, mayoritas anggota Komite Eksekutif UEFA kemungkinan akan mendukung voting yang berujung pada larangan bagi tim nasional maupun klub Israel tampil di turnamen internasional.
Jika benar-benar terjadi, konsekuensinya sangat serius.
Timnas Israel bisa langsung kehilangan kesempatan melanjutkan kualifikasi Piala Dunia mendatang, termasuk laga tandang penting melawan Norwegia dan Italia dalam dua pekan ke depan.
Namun, di tengah derasnya tekanan internasional, pemerintahan Israel tidak tinggal diam.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Olahraga dan Budaya Miki Zohar, serta Presiden Federasi Sepak Bola Israel Moshe Zuares disebut bekerja keras “di balik layar” untuk menggagalkan sanksi UEFA.
Menurut pernyataan resmi kantor Zohar pada Kamis (25/9/2025), langkah yang tepat saat ini adalah bertindak bijaksana bersama para profesional tanpa membuat pernyataan publik.
“Langkah yang benar sekarang adalah bertindak secara bertanggung jawab bersama para profesional dan tidak membuat pernyataan, dan inilah yang dilakukan semua pihak yang terlibat dalam upaya ini. Kami akan menyampaikannya nanti,” tulis pernyataan tersebut dikutip dari ESPN.
Tekanan internasional terhadap Israel kian kuat sejak serangan militer ke Gaza yang menimbulkan banyak korban sipil.
Baca Juga: Fans Terancam tanpa Atribut Merah Putih saat Dukung Langsung Timnas Indonesia vs Arab Saudi
Sejumlah pemimpin dunia, termasuk Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez, secara terbuka meminta agar Israel mendapat sanksi olahraga internasional layaknya Rusia ketika dilarang tampil akibat invasi ke Ukraina pada 2022.
UEFA sendiri sebelumnya sudah memberi sinyal tegas. Bulan lalu, dalam laga Piala Super di Udine, Italia, spanduk bertuliskan “Stop Killing Children” dan “Stop Killing Civilians” sempat terbentang di lapangan sebelum pertandingan dimulai.
Meski begitu, berbeda dengan Rusia yang saat itu langsung ditolak banyak federasi Eropa, hingga kini belum ada klub atau tim nasional Eropa yang terang-terangan menolak bertanding melawan Israel.
Meski begitu, federasi sepak bola Norwegia dan Italia sudah menyatakan keresahan mereka, bahkan Norwegia berjanji akan menyumbangkan keuntungan tiket laga melawan Israel pada 11 Oktober mendatang untuk bantuan kemanusiaan di Gaza melalui Médecins Sans Frontières (Dokter Tanpa Batas).
Isu politik pun ikut mewarnai. Federasi Israel sendiri punya perwakilan dalam komite UEFA yang berpotensi ikut voting, begitu juga dengan Gabriele Gravina (Italia), Lise Klaveness (Norwegia), dan Nasser Al-Khelaïfi (Qatar) yang dikenal dekat dengan pemerintahan negaranya.
Situasi makin panas setelah Israel melancarkan serangan udara pada 9 September di Doha, ibu kota Qatar, yang memicu kemarahan salah satu mediator penting genosida di Gaza tersebut.