- Arnold desak AFC jaga prinsip fair play.
- Arab Saudi dan Qatar dianggap terlalu diuntungkan.
- Publik soroti transparansi AFC dalam Kualifikasi 2026.
Suara.com - Pelatih timnas Irak Graham Arnold melontarkan kritik tajam terhadap keputusan AFC menunjuk Arab Saudi sebagai tuan rumah Grup B ronde keempat.
Ia menilai langkah tersebut mencederai prinsip fair play karena membuat persaingan menjadi tidak seimbang.
Arnold menganggap AFC seharusnya menjaga transparansi dalam menentukan lokasi pertandingan kualifikasi.
Menurutnya, pemberian keuntungan pada tim tuan rumah dapat memengaruhi hasil akhir kompetisi.
“Dua tim telah lolos setelah memiliki keuntungan kandang dan enam hari istirahat,” ujarnya.
Arab Saudi dan Qatar Dianggap Diuntungkan
Dalam ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Arab Saudi dan Qatar sama-sama menjadi tuan rumah grup.
Keduanya langsung memastikan diri lolos setelah unggul dalam kondisi bermain di kandang dan mendapat waktu istirahat lebih panjang.
Hal ini memicu kritik dari banyak pihak termasuk pelatih Oman, Carlos Queiroz.
Baca Juga: Andre Rosiade Ungkap Timnas Indonesia Dikuasai 2 Sosok Inisial S, Izinkan Pemain Podcast di Arab
Mereka menilai sistem baru AFC bertentangan dengan asas keadilan antarnegara peserta.
Kondisi tersebut juga menimbulkan tanda tanya soal objektivitas penyelenggaraan turnamen.
Irak dan Indonesia Jadi Korban Padatnya Jadwal
Timnas Irak harus bermain imbang 0-0 dengan Arab Saudi setelah sebelumnya hanya memiliki tiga hari istirahat usai lawan Indonesia.
Sementara Arab Saudi mendapatkan enam hari untuk memulihkan kondisi sebelum laga penting tersebut.
Situasi serupa juga dialami Timnas Indonesia yang kelelahan setelah jadwal padat di turnamen ini.
Arnold menilai perbedaan ini menjadi faktor utama ketidakseimbangan performa antar tim.
Menurutnya, AFC perlu segera mengevaluasi sistem agar tidak menimbulkan ketidakpuasan di masa depan.
Format Turnamen Dinilai Kurang Konsisten
Arnold menjelaskan bahwa sebelumnya AFC berjanji babak play off akan digelar di tempat netral seperti Malaysia.
Namun keputusan mendadak menjadikan dua tim berperingkat tertinggi sebagai tuan rumah dianggap merugikan tim lain.
Perubahan mendadak itu membuat sejumlah pelatih merasa dikejutkan oleh keputusan yang tidak konsisten.
Arnold menyebut kejadian ini sebagai bukti lemahnya komunikasi antara federasi dan pelatih peserta.
Hal ini menurutnya harus diperbaiki jika AFC ingin menjaga kredibilitas kompetisi.
Sorotan Publik terhadap AFC Meningkat
Kritik dari Arnold menambah tekanan terhadap AFC yang kini mulai disorot publik soal transparansi dan keadilan.
Tagar #FairPlayAFC bahkan ramai di media sosial sebagai bentuk protes suporter dari berbagai negara Asia.
Mereka menuntut agar ke depan, semua pertandingan kualifikasi digelar di lokasi netral tanpa keistimewaan tuan rumah.
Arnold menegaskan bahwa semangat olahraga adalah keadilan, bukan keuntungan bagi pihak tertentu.
Ia berharap AFC belajar dari kritik ini demi kebaikan sepak bola Asia di masa mendatang.