- Menariknya Akira menjadi bagian dari skuat Jepang di Tragedi Doha.
- Ia menyusup menyaksikan latihan Arab Saudi di bawah pengawasan ketat aparat bersenjata.
- Akira kemudian dipercaya menjadi pelatih kepala Jepang di Olimpiade Atlanta 1996.
Suara.com - Akira Nishino eks pelatih Thailand digadang-gadang bakal jadi pelatih Timnas Indonesia, gantikan Patrick Kluivert.
Sebelum melatih Thailand pada 2019 dan diberhentikan pada 2021, Akira mengawali karier kepelatihan di tim U-20 Jepang.
Menariknya Akira menjadi bagian dari skuat Jepang di Tragedi Doha.
Tragedi Doha menjadi salah satu perjalanan buruk sepak bola Jepang. Kala itu, Jepang berpeluang untuk lolos ke Piala Dunia 1994.
Sayangnya pertandingan di Doha, Qatar memumpus harapan Jepang untuk tampil pertama kali di Piala Dunia.
Akira menjadi bagian skuat Jepang yang saat itu dilatih oleh pelatih Belanda Hans Ooft. Akira saat itu berstatus tim analisis Ooft.
Dilansir dari Yomiuri.co, Akira mendapat tugas berat dari Ooft yakni jadi mata-mata latihan skuat Arab Saudi.
Ia menyusup menyaksikan latihan Arab Saudi di bawah pengawasan ketat aparat bersenjata.
“Kalau ketahuan, mungkin aku tak akan bisa pulang hidup-hidup,” ujarnya.
Baca Juga: Berapa Duit yang Harus Dikeluarkan Persib Bandung untuk Datangkan Joey Pelupessy?
Kala itu kata Akira, Ooft memintanya untuk mengawasi ketat pemain Arab Saudi yang jadi lawan Jepang sebelum hadapi Irak.
Tugasnya sangat rinci, dari posisi kiper saat mengantisipasi bola silang, hingga cara pemain bertahan.
Setelah kegagalan ke Piala Dunia 1994, Akira mengaku sangat terpukul.
Rasanya seperti sesuatu yang hampir kami genggam tiba-tiba lenyap begitu saja,” kenangnya.
Akira kemudian dipercaya menjadi pelatih kepala Jepang di Olimpiade Atlanta 1996.
Tak tanggung-tanggung, Akira melatih generasi emas Jepang dari Hidetoshi Nakata dan Masakiyo Maezono.
Menariknya, status Akira saat itu masih jadi pegawai di Hitachi, statusnya masih amatir.
“Bukan hanya pemain yang harus berkembang, pelatih juga harus mengubah mentalitasnya,” katanya.
Ia pun memutuskan mundur dari pekerjaannya dan fokus total di pelatih.
Langkah itu berbuah manis. Di Atlanta, Jepang menumbangkan juara dunia lima kali Brasil dengan skor 1-0. Kemenangan itu kemudian dikenal sebagai “Keajaiban Miami”
Namun Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) sempat memberi kritik bahwa gaya bermain Nishino terlalu defensif.
“Saya tahu itu bukan permainan yang ideal, tapi melawan tim besar, kami tidak punya pilihan lain selain bertahan dengan cerdas.” kata Akira.
Akira kemudian melatih klub-klub J-League, ia menjuarai Piala Nabisco bersama Kashiwa Reysol, dan meraih kesuksesan besar bersama Gamba Osaka.
Di bawah arahannya, Gamba menjadi tim paling ofensif di Jepang, menjuarai J1 League dan dua kali Piala Kaisar.
“Segalanya berawal dari kegelisahan di Olimpiade,” katanya. “Saya ingin tim saya menang, tapi juga bermain indah.”
Dengan total 270 kemenangan di J1 League, Nishino menjadi salah satu pelatih tersukses dalam sejarah sepak bola Jepang.
Kontributor: Adam Ali