-
Ismed Sofyan dukung pelatih lokal memimpin Timnas.
-
Pelatih harus berkarakter kuat dan menjadi role model.
-
Atep Rizal pertimbangkan pelatih Eropa dengan karakter kuat.
Suara.com - Mantan bintang tim nasional, Ismed Sofyan, dengan tegas menyuarakan dukungannya agar figur kepelatihan asal Indonesia diberi kepercayaan menakhodai Timnas.
Pendapat ini muncul setelah Federasi Sepak Bola Indonesia memutuskan mengakhiri kerja sama dengan Patrick Kluivert pada pekan sebelumnya.
Kluivert harus angkat kaki dari kursi kepelatihan tim Garuda usai kegagalan membawa skuad Merah Putih melaju ke putaran final Piala Dunia 2026.
Ismed Sofyan berpandangan bahwa pelatih domestik memiliki kapasitas untuk memimpin tim nasional.
Dia mengutarakan hal tersebut kepada awak media saat menghadiri konferensi pers Lotte Bintang Muda Generasi Emas 2025 di kawasan Jakarta Selatan, hari Kamis.
Pemain legendaris yang mengoleksi 53 penampilan untuk Timnas Indonesia, berdasarkan data dari Transfermarkt, ini menilai kesempatan itu harus dibuka lebar.
"Ini menurut saya, nggak ada salahnya kalau dikasih kepercayaan untuk pelatih-pelatih lokal kita itu juga," kata Ismed.
Menurutnya, peran pelatih lebih pada aspek manajerial dan meracik taktik tim.
"Pelatih kan hanya bisa me-manage, bisa meracik kan tergantung kualitas pemain."
Baca Juga: Aksi Sensasional Dean James! Bek Timnas Indonesia Sukses Hancurkan Aston Villa di Liga Europa
Dia melanjutkan, apabila kualitas para pemain sudah mumpuni, tugas peracikan tim tidak akan terlalu memberatkan.
"Saya pikir kalau kualitas pemainnya memang memadain, saya pikir tidak begitu sulit untuk bisa meramu tim ini sebaik mungkin," ujarnya.
Meskipun tidak menyebut satu nama spesifik, mantan penggawa Persija Jakarta yang pernah meraih gelar juara Liga Indonesia ini memberikan kriteria kunci.
Ismed menekankan bahwa sosok pelatih nasional harus memiliki karakter yang tangguh dan mampu menjadi teladan bagi para pemain.
"Kalau saya sih pelatih itu adalah mentor pelatih itu adalah role model jadi memang betul-betul punya karakter, betul-betul jadi role model buat si pemain," ucap Ismed, yang telah pensiun dari lapangan hijau sejak awal tahun 2024.
Karakter tersebut dinilai krusial untuk membentuk mentalitas dan profesionalisme skuad.
Inilah fokus utama yang harus dimiliki oleh siapa pun yang mengisi posisi strategis di Timnas.
Pelatih dengan karisma kuat akan sangat dibutuhkan dalam upaya mendongkrak prestasi tim di kancah internasional.
Di sisi lain acara, mantan pemain kunci Persib Bandung, Atep Rizal, memberikan pandangan yang sedikit berbeda.
Atep menganggap bahwa pelatih dari Benua Eropa mungkin lebih sesuai untuk mengarsiteki Timnas Indonesia yang kini memiliki ambisi besar menuju Piala Dunia 2030.
Legenda yang merasakan gelar juara liga pada musim 2013/2014 itu mengakui kualitas para pelatih lokal di Indonesia.
Namun, ia merasa persaingan di level dunia membutuhkan profil pelatih tertentu.
"Siapa pun nanti pelatihnya menurut saya sih pelatih lokal juga punya banyak kelas tapi memang untuk kita bisa bersaing di levelnya di dunia memang harus pelatih-pelatih yang memiliki karakter yang kuat."
Dengan mempertimbangkan tuntutan kompetisi global, pelatih Eropa dianggap bisa menjadi pilihan yang matang.
"Jadi bisa menjadi pertimbangan, ya mungkin pelatih-pelatih Eropa mungkin ya, saya tidak mau menyebutkan namanya," tutup Atep.
Perdebatan mengenai pelatih lokal versus asing bukan hal baru, terutama setelah Indonesia gagal dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Kegagalan ini terjadi setelah tim Garuda takluk dari tim kuat seperti Arab Saudi dan Irak di babak kualifikasi putaran keempat.
Dalam lima tahun terakhir, Indonesia telah ditangani oleh dua pelatih dengan latar belakang benua yang berbeda.
Sebelum Kluivert dari Eropa (Belanda), Timnas dilatih oleh Shin Tae-yong dari Asia (Korea Selatan).
Kedua arsitek asing tersebut memimpin Timnas Indonesia dalam upaya mereka di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Sayangnya, perjalanan Tim Garuda terhenti dan mereka gagal mencapai putaran final yang akan digelar bersama oleh Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
Oleh karena itu, penunjukan pelatih baru kini menjadi sorotan tajam demi mewujudkan mimpi tampil di Piala Dunia 2030.