- PSSI hanya bisa membawa empat pemain diaspora untuk Piala Dunia U-17 2025.
- Aturan kewarganegaraan ganda anak di bawah 18 tahun jadi kendala utama.
- PSSI berharap skuad Nova Arianto tetap mampu bersaing di grup berat bersama Brasil, Honduras, dan Zambia.
Suara.com - Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga, buka suara soal minimnya pemain diaspora atau pemain keturunan di skuad Timnas Indonesia U-17 yang akan tampil di Piala Dunia U-17 2025 di Qatar.
Dari 21 nama yang dipanggil pelatih Nova Arianto, hanya empat pemain diaspora yang berhasil masuk daftar akhir.
Keempatnya adalah Mike Rajasa (kiper), Lucas Lee dan Mathew Baker (bek), serta Eizar Tanjung (gelandang).
Menurut Arya, jumlah itu tak lepas dari proses administrasi yang lebih rumit dibanding pemain di atas 18 tahun.
Merujuk laman resmi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, anak hasil perkawinan orang tua beda negara, wajib menentukan status kewarganegaraannya saat berusia 18 tahun atau ketika menikah.
Sebelum itu, sang anak berhak memiliki kewarganegaraan ganda terbatas.
Alhasil, proses naturalisasi di atas kertas tidak bisa dilakukan. Sang anak harus menunggu dan memilih sendiri kewarganegaraannya saat berusia 18 tahun atau ketika menikah.
Alhasil, yang bisa dilakukan PSSI adalah memilih pesepak bola muda keturunan yang salah satu orang tuanya memiliki paspor Indonesia sebagai dasar sang pemain bisa membela Garuda Asia meski di atas kertas masih berkewarganegaraan ganda.
“Untuk level U-17, prosesnya jauh lebih rumit. Seorang pemain harus memiliki darah Indonesia, dan salah satu orang tuanya harus masih memiliki paspor Indonesia ketika ia lahir,” ujar Arya, Selasa (28/10/2025).
Baca Juga: Pemain Keturunan Indonesia Rp 1,2 Triliun Kasih Kabar Buruk, Lagi Bapuk di Klub
Arya menjelaskan, aturan tersebut membuat banyak pemain diaspora muda tak bisa serta merta membela Timnas Indonesia U-17.
"Kalau orang tuanya tidak punya dokumen paspor Indonesia saat anaknya lahir, maka prosesnya jadi lama (menunggu sang anak 18 tahun) dan tidak bisa digunakan untuk ajang Piala Dunia kali ini,” jelasnya.
Akibat kendala administratif itu, PSSI hanya bisa mendapatkan empat pemain diaspora yang secara kualitas dan administrasi memenuhi srayat untuk membela Garuda Asia di Piala Dunia U-17 2025.
Meski begitu, Arya menegaskan PSSI tetap menaruh harapan tinggi agar tim ini bisa tampil maksimal di Qatar.
“Itu saja yang bisa kami proses untuk bermain di Piala Dunia U-17 2025. Harus dipahami, U-17 tidak sama dengan U-20 atau senior. Di kelompok umur lebih tinggi, proses naturalisasi bisa dilakukan [tidak perlu menunggu sang anak memilih kewarganegaraan],” kata Arya menegaskan.
Timnas Indonesia U-17 tergabung di Grup H, bersama Brasil, Honduras, dan Zambia grup yang disebut banyak pihak sebagai “neraka”.
Pertandingan akan digelar di Aspire Zone, Al Rayyan, Qatar, mulai 3 hingga 27 November 2025.
Skuad Garuda Muda akan menghadapi Zambia pada 4 November, Brasil pada 7 November, dan Honduras pada 10 November.
Sebelum berlaga, pasukan Nova Arianto telah menjalani beberapa laga uji coba di luar negeri.
Setelah kalah dari Paraguay dan bermain imbang melawan Pantai Gading, tim dijadwalkan menantang Panama pada Rabu (29/10/2025) sebagai bagian dari persiapan akhir. Arya berharap para pemain bisa menunjukkan performa terbaiknya.
“Kami berharap semua pemain tampil maksimal dan bisa memberi kejutan bagi publik sepak bola dunia,” tutup Arya.