The Athletic Soroti Akar Masalah Sepak Bola Indonesia Usai Gagal ke Piala Dunia 2026

Arief Apriadi Suara.Com
Senin, 17 November 2025 | 10:39 WIB
The Athletic Soroti Akar Masalah Sepak Bola Indonesia Usai Gagal ke Piala Dunia 2026
Skuad Timnas Indonesia (Instagram/pssi)
Baca 10 detik
  • The Athletic menyindir Indonesia sebagai “bangsa besar” dengan prestasi sepak bola minim.
  • Infrastruktur dan pembinaan dinilai menjadi akar lemahnya produksi pemain top.
  • Ketergantungan pada pemain diaspora disebut hanya solusi jangka pendek.

Suara.com - Keberhasilan negara-negara kecil lolos ke Piala Dunia 2026 ternyata memunculkan pertanyaan lain: bagaimana mungkin Timnas Indonesia, yang jauh lebih besar baik dari sisi populasi maupun fanbase sepak bola, kembali gagal menembus putaran final?

Pertanyaan itu menjadi pembuka analisis The Athletic, media asal Amerika Serikat, yang menempatkan Timnas Indonesia sebagai salah satu contoh paling mencolok dari ketimpangan antara potensi dan pencapaian.

Media tersebut tidak langsung menyinggung soal hasil kualifikasi.

Mereka justru memulai dengan gambaran tentang besarnya Indonesia—lebih dari 285 juta penduduk, olahraga paling populer adalah sepak bola, minat publik luar biasa—namun semuanya belum pernah terbayar melalui satu pun penampilan di Piala Dunia sebagai negara merdeka.

Penampilan terakhir hanya terjadi pada 1938, ketika tim ini masih berlaga dengan nama Hindia Belanda.

Setelah itu, The Athletic beralih membandingkan kondisi Timnas Indonesia dengan Cape Verde, negara kecil berpenduduk sekitar 525 ribu jiwa yang lolos ke Piala Dunia 2026.

Perbandingan ekstrem seperti ini digunakan untuk menggarisbawahi bahwa ukuran populasi tidak otomatis menghasilkan prestasi.

Alih-alih menyalahkan faktor teknis seperti performa di lapangan, analisis The Athletic lebih menyoroti akar persoalan yang diyakini menghambat Timnas Indonesia selama puluhan tahun.

Infrastruktur latihan yang tidak merata, minimnya fasilitas modern, hingga pembinaan usia dini yang tertinggal jauh dari standar internasional disebut sebagai titik lemah yang tidak kunjung dibenahi.

Baca Juga: Statistik Luar Biasa Bruno Fernandes Usai Portugal Pesta Gol 9-1, Tanpa Ronaldo Bukan Masalah

“Negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia ini kesulitan menghasilkan pemain sepak bola papan atas karena kurangnya infrastruktur,” tulis The Athletic, dikutip Senin (17/11/2025).

Karena fondasi tersebut dianggap rapuh, Timnas Indonesia disebut terpaksa mencari alternatif lain untuk mengangkat kualitas skuad.

Salah satunya adalah mengandalkan pemain diaspora. The Athletic menyoroti bagaimana federasi memanfaatkan besarnya jumlah warga negara Indonesia di luar negeri—lebih dari 2,2 juta orang, dengan sekitar 1,7 juta tinggal di Belanda—untuk membangun kembali kekuatan Timnas.

Strategi itu terlihat jelas dalam komposisi pemain yang dipanggil pada FIFA Matchday Oktober lalu.

Dari 23 pemain, 15 lahir di Belanda, sementara sisanya lahir di Belgia, Spanyol, dan Finlandia.

Kombinasi ini membantu Indonesia meraih beberapa hasil signifikan, mulai dari lolos ke fase gugur Piala Asia 2023 hingga mencapai putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Meskipun demikian, performa tersebut belum cukup untuk membawa Indonesia menembus putaran final.

The Athletic menilai kegagalan tahun ini bukan sekadar soal hasil pertandingan, melainkan cerminan dari masalah mendalam pada pembangunan sepak bola nasional—masalah yang tak bisa diselesaikan hanya dengan pemain diaspora tanpa pembenahan struktural.

Dengan format Piala Dunia yang kini menampung 48 tim—kesempatan terbesar dalam sejarah—Indonesia tetap belum mampu memanfaatkannya.

Dan bagi The Athletic, hal ini menunjukkan bahwa bangsa sebesar Indonesia seharusnya bisa menuntut lebih dari sekadar peningkatan sesekali.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI