- Giovanni van Bronckhorst, kandidat pelatih Timnas Indonesia, kini menjabat asisten pelatih di Liverpool.
- Sebelumnya, ia pernah menjadi Dirtek Tim Garuda dan pelatih klub Turki, Besiktas.
- Van Bronckhorst memiliki ikatan emosional kuat dengan Indonesia melalui latar belakang keluarga Maluku.
Suara.com - Nama Giovanni van Bronckhorst mencuat menjadi salah satu kandidat pelatih Timnas Indonesia.
Sebelum dirumorkan jadi pelatih Timnas Indonesia, van Bronckhorst juga sempat dikaitkan dengan jabatan Dirtek tim Garuda beberapa waktu lalu.
Saat ini van Bronckhorst menjadi asisten pelatih Arne Slot di Liverpool.
Sebelum bertolak ke Inggris, Van Bronckhorst memegang posisi sebagai analis pertandingan UEFA.
Jabatan itu ia emban setelah mengakhiri masa kepelatihannya bersama klub Turki, Besiktas.
Di Besiktas, Van Bronckhorst mencatatkan 20 pertandingan dengan hasil, 10 kemenangan, 4 kali imbang dan 6 kekalahan
![Asisten Pelatih Liverpool: Kakek Saya Dulu KNIL, Saya Orang Maluku tapi... [Instagram Giovanni van Bronckhorst]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/03/97027-giovanni-van-bronckhorst.jpg)
Namun rangkaian hasil buruk, termasuk kekalahan dari Maccabi Tel-Aviv di Liga Europa serta empat laga tanpa kemenangan di Liga Turki, membuatnya didepak.
Giovanni van Bronckhorst bukan sekadar pelatih berdarah Maluku, dia memiliki sejarah keluarga yang kuat terkait Indonesia.
Ia merupakan generasi ketiga keluarganya yang lahir di Belanda. Sang ibu dilahirkan di Kamp Westerbork, tempat tinggal sementara warga Maluku yang tiba di Belanda setelah Perang Dunia II.
Baca Juga: Menpora Cuma Targetkan Medali Perak SEA Games 2025, Striker Timnas U-22 Geleng-geleng
Dalam sebuah kunjungan mengenang keluarganya, Van Bronckhorst mengungkapkan pengalaman emosional ketika kembali ke kamp tersebut.
“Saya merasakan sakit dan kesedihan di tubuh saya ketika datang lagi ke kamp itu," kenang van Bronckhorst dikutip dari 4en5mei.nl
Ia juga menceritakan bahwa kakeknya pernah menjadi prajurit KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda), namun jarang membahas masa lalunya.
“Kakek saya dulu di KNIL. Dia berjuang sangat keras, tapi tidak pernah membicarakannya. Dia seperti ayah bagi saya.”
Van Bronckhorst tumbuh bersama kakek dan neneknya di Krimpen aan den IJssel. Meski telah menetap dan berkarier di Belanda, identitas Malukunya tetap melekat kuat.
“Saya merasa sebagai orang Maluku tetapi juga orang Belanda.”