- Ketua Umum FFI Michael Sianipar menolak sorotan publik atas prestasi Timnas Futsal SEA Games 2025.
- Michael Sianipar terpilih sebagai Ketua Umum FFI periode 2024-2028 melalui aklamasi di Jakarta.
- FFI di bawah kepemimpinannya menginisiasi Campus League Futsal untuk menjembatani pembinaan pemain muda profesional.
Suara.com - Keberhasilan Timnas Futsal Indonesia mencatatkan prestasi membanggakan di SEA Games 2025 tidak hanya menuai euforia dari publik, tetapi juga memunculkan apresiasi terhadap sikap Ketua Umum Federasi Futsal Indonesia (FFI), Michael Victor Sianipar.
Pada ajang olahraga multievent terbesar di Asia Tenggara tersebut, Timnas Futsal Indonesia putra sukses mempersembahkan medali emas, sementara tim putri membawa pulang medali perak.
Namun tak seperti ketum federasi lainnya, Michael Sianipar justru memilih untuk tidak tampil ke publik.
Saat dimintai tanggapan oleh awak media, ia menolak diwawancarai dan menegaskan bahwa momen tersebut sepenuhnya milik para pemain.
“Ya, tapi sekarang ini momennya pemain,” ujar Michael singkat seperti pada video yang viral di sosial media.
Sikap tersebut justru menuai pujian luas dari warganet. Banyak netizen menilai Michael menunjukkan etika kepemimpinan yang jarang terlihat, yakni tidak mengambil panggung di saat atlet sedang berada di puncak apresiasi.

Michael Sianipar merupakan Ketua Umum Federasi Futsal Indonesia periode 2024–2028.
Ia terpilih secara aklamasi dalam Kongres Luar Biasa FFI yang digelar di Jakarta pada 3 September 2024, dengan dukungan 38 Asosiasi Futsal Provinsi (AFP) serta 18 pemilik klub profesional.
Sebelum menjabat sebagai Ketua Umum, Michael telah lama berkecimpung di dunia futsal nasional.
Baca Juga: Di Balik Kalungan Medali Emas SEA Games 2025, Ada Kisah Pertobatan Federasi Sepak Bola Vietnam
Ia pernah menjabat sebagai Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal dan Sekretaris Jenderal FFI, serta dikenal aktif mendorong pembenahan struktur dan sistem kompetisi futsal di Indonesia.
Di bawah kepemimpinannya, FFI tengah menjalankan restrukturisasi besar terhadap sistem liga futsal nasional.
Kehadiran Liga Pro, persiapan Liga 2, serta perombakan Liga Nusantara membutuhkan pasokan pemain yang matang secara teknik dan mental. Untuk itu, Michael menilai kompetisi di level perguruan tinggi memiliki peran strategis.
Salah satu terobosannya adalah Campus League Futsal, yang dinilai mampu menjembatani kekosongan pembinaan pemain dari level kampus menuju profesional.
“Campus League Futsal hadir mengisi kekosongan yang selama ini ada, menjembatani pengembangan pemain dari pemain kampus menuju level profesional,” ujar Michael dalam konferensi pers final Campus League Futsal 2025 di GOR Universitas Negeri Jakarta.
Ia menegaskan, kompetisi tersebut menjadi sarana penting untuk mengidentifikasi dan membina talenta muda dengan standar persaingan tinggi.