Suara.com - Siapa tak kenal penyanyi R & B Glenn Fredly Deviano Latuihamallo. Lelaki ambon ini sukses membetot industri musik lewat sederet hits manis macam Januari dan Cukup Sudah.
Belasan tahun malang melintang di blantika musik, mantan personel band Funk Section itu belakangan meniti profesi di balik layar sebagai seorang produser. Cahaya dari Timur, menandai kiprah mantan suami Dewi Sandra ini di industri film.
Seperti apa lika-liku Glenn mengawali karir sebagai seorang produser film? Simak wawancara Suara.com (S) dan Glenn Fredly (G) di Jakarta belum lama ini.
S: Enak mana jadi produser film sama musik?
G: Kalau ditanya enak mana, selama itu masih dunia berkreasi itu menyenangkan. Jadi, musik dan film seperti dua mata koin yang tidak bisa dipisahkan. Saya menikmati banget.
S: Apa sebenarnya target kamu memproduseri film ini 'Cahaya Dari Timur : Beta Maluku'?
G: Kalau secara komersial pastinya ada. Makanya dari awal kita sudah pikirin secara matang. Ada perhitungan secara statistik. Kita logis aja, tetapi kalau film ini lebih dari yang kita targetin (penonton) berati kita bisa bikin film lagi.
S: Berapa target penonton yang diharapkan?
G: Saya bisa menargetkan sebanyak 250 ribu orang akan menonton film ini.
S: Kalau boleh tahu, berapa uang yang dihabiskan untuk menggarap film ini?
G: Untuk film ini sekitar 6 miliar, bahkan hampir tembus 7 miliar.
S: Bujet apa yang paling tinggi saat syuting?
G: Biaya yang paling mahal karenkita harus memboyong logistik ke Ambon. Setidaknya hampir seratus orang kkru kita bawa dari Jakarta. Infrastruktur yang kurang, alat-alat untuk syuting juga nggak ada di sana. Bisa kebayang kan?
S: Setelah film ini, ada rencana garap film lain?
G: Pastinya kita akan bikin lagi. Kita sudah ada. Nanti ada sekuelnya, masih ada kelanjutannya 'Cahaya dari timur'. Mungkin dibawahnya judul kita ganti mungkin nanti ada Papua, Sulawesi dan lain-lain