Suara.com - Film Jelita Sejuba adalah film yang menghadirkan lika-liku kehidupan Sharifah (Putri Marino), istri dari seorang prajurit Angkatan Darat bernama Jaka (Wafda Saifan Lubis).
Selain menikmati keindahan pulau Natuna, kepulauan yang jadi lokasi film Jelita Sejuba, film yang disutradarai oleh Ray Nayoan ini juga meninggalkan cerita menarik soal musik latar (scoring) yang sebagian besar memang bernuansa Melayu.
Musik Melayu sendiri adalah aliran musik tradisional yang bermula dan berkembang di wilayah pantai timur Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Musik ini biasanya dinyanyikan oleh orang-orang dari suku bangsa Melayu yang tidak jarang diiringi pula dengan tarian khas Melayu setempat misalnya tari Persembahan dalam perhelatan atau pesta adat, penyambutan tetamu kehormatan, dan dalam kegiatan keagamaan.
Menurut sensus penduduk tahun 2000, Melayu adalah etnis terbesar dari kabupaten Natuna. Jumlahnya sendiri mencapai 85, 27 %. Ini adalah jawaban mengapa musik melayu memang berkembang pesat di pulau ini.
Saking penasarannya, sang music director, Ricky Surya Virgana music director di film Jelita Sejuba ini bahkan sampai harus terbang ke Pulau Natuna hanya mengetahui perkembangan dan jenis musik melayu seperti apa yang ada di sana.
"Saya sengaja ke Natuna karena mau tahu seperti apa jenis musik melayu yang ada di Natuna karena biasanya saya dengar musik melayu dari koleksi piringan hitam yang saya punya, seperti Orkes Melayu Bukit Seguntang, Orkes Gumarang Jang Terkenal, Orkes Kumbang Tjari atau Orkes Tropicana jadi gak pernah tau kayak apa musik melayu yang dari Natuna," ungkap Ricky.
Baca Juga: Menikmati Indahnya Pulau Natuna Lewat Film Jelita Sejuba
Sesampainya di sana, bassist yang aktif di group band White Shoes and The Couples Company ini berkomunikasi dengan masyarakat adat di sana dan menggali seluk beluk tentang musik melayu yang ada di Natuna, yang menjadi sentra film Jelita Sejuba ini.
"Perkembangan musik Melayu di Natuna memang cukup pesat. Kita bisa benar-benar melihat anak-anak latihan di sekolah dan di sanggar. Sepertinya sih musik Melayu boleh dibilang sudah mendarah daging," cerita Ricky.
"Sampai di sana saya lihat dan dengar ya sama saja, hanya buat membedakannya pada waktu itu saya bertanya ke beberapa orang seperti ketua sanggar Langkadura, pemusik dan penari, 'Apa sih lagu yang paling familiar di Natuna, yang kalau denger lagu ini mulai dari orang tua sampai anak kecil itu pasti nyanyi?',"ungkap Ricky.