Suara.com - Sukses sabet Piala FFI untuk film Yuni, siapa yang menyangka Arawinda Kirana pernah mendapat diskriminasi. Itu terjadi karena standar kecantikan.
Arawinda Kirana yang memiliki kulit sawo matang, dianggap beda oleh segelintir orang. Sebab stereotip cantik adalah kulit putih, kebarat-baratan.
"Sementara saya kulitnya gelap, sawo matang, lalu rambut saya keriting," kata Arawinda Kirana di Epicentrum, Jakarta Selatan pada Senin (6/12/2021).
![Arawinda Kirana [Rena Pangesti/Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/12/06/76248-arawinda-kirana.jpg)
"Sebagai perempuan, saya tidak memasuki standar kecantikan template di Indonesia," imbuhnya.
Cap cantik dengan standar itu yang membuat Arawinda Kirana sempat mengalami fase kesulitan dalam hidup. Suaranya bahkan tidak didengar dan cenderung mendapat cemooh.
"Itu yang membuat hidup saya naik turun," tuturnya.
![Film Yuni. [Instagram/fourcoloursfilms]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/09/21/62293-film-yuni.jpg)
Diskriminasi lain datang, bahkan dari guru Arawinda Kirana. Artis 20 tahun ini mengenang bagaimana ia dicibir setelah membuat karya.
"Pas kelas 3 saya menyutradarai musikal di sekolah tapi saya dibully sama guru. Suara saya tidak didengar dan hanya murid-muridnya yang mau dengar (curhat)," katanya.
Berkaca pada masa lalunya ini, Arawinda Kirana tidak mau perempuan Indonesia mendapat diskriminasi. Entah apapun alasannya mulai dari warna kulit ataupun pilihannya.
Baca Juga: Beradegan Panas dengan Kevin Ardilova di Film Yuni, Arawinda Kirana Minta Izin Orangtua
Lewat film Yuni, Arawinda Kirana ingin perempuan bebas menyuarakan apapun pilihan. Tanpa diskriminasi atau cemooh dari orang lain.