Suara.com - Penyanyi dan penulis Clara Riva punya ide unik dan menarik dalam memperkenalkan karyanya ke publik.
Berbeda dari biasanya, Clara membuat program curhatan buat publik bertajuk #hatilara.
Program ini hadir sebagai ruang aman bagi siapa pun yang ingin mencurahkan isi hati mereka, terutama seputar kisah percintaan, melalui DM Instagram Clara Riva dengan menyertakan tagar #hatilara dan #curhatinlaguclara.
Clara, yang dikenal dengan lirik-lirik lagu penuh perasaan, menjadikan kisah-kisah nyata dari para pengikutnya sebagai inspirasi untuk menciptakan karya musik.
Hingga kini, sudah tiga episode #hatilara ditayangkan, masing-masing memuat satu curhatan yang diolah menjadi lagu pendek dengan nuansa personal dan emosional.
Setiap kisah diangkat dengan penuh empati, menciptakan koneksi yang kuat antara Clara dan para pendengarnya.
Tak hanya berhenti di situ, pengalaman mendalam dari membaca dan mendalami curhatan demi curhatan juga menjadi benih lahirnya lagu terbaru Clara yang berjudul "Waktunya Pas".
Lagu ini mengangkat tema yang sangat relevan dan dekat dengan banyak orang. Pertanyaan klasik yang sering muncul di usia tertentu: "Kapan menikah?"
Baca Juga: Vadesta Meminta Doa Restu Untuk Cinta Masa Depan dalam Single Terbaru Anagata
"Waktunya Pas" juga menjadi keresahan banyak generasi muda yang sering dihadapkan pada tekanan sosial terkait pernikahan.
Terlebih di hari lebaran yang dipertemukan dengan keluarga besar, dan salah satu pertanyaan yang selalu muncul adalah tentang pernikahan.
Lagu ini dikemas dengan lirik yang jujur dan aransemen yang menyenangkan.
Lagu "Waktunya Pas" dijadwalkan rilis tepat hari ini, Jumat (18/4/2025), dan Clara berharap lagu ini bisa menjadi penguat bagi siapa pun yang masih mencari waktu terbaiknya dalam mencintai dan menjalani hidup.
Clara Riva merilis lagu "Waktunya Pas" bertepatan dengan kisruh royalti yang diperjuangkan oleh Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI).
ASKI beranggotakan para musisi dan komposer ternama seperti Ahmad Dhani, Piyu Padi Reborn, Badai, Rieka Roslan, Posan Tobing, Ari Bias dan lainnya.
ASKI memperjuangkan hak mereka, karena royalti yang selama ini mereka dapatkan sangat jauh dari harapan.