Pendidikan Mentereng Joko Anwar, Berani Sentil Isu Ijazah Palsu Jokowi

Ferry Noviandi Suara.Com
Sabtu, 19 April 2025 | 15:59 WIB
Pendidikan Mentereng Joko Anwar, Berani Sentil Isu Ijazah Palsu Jokowi
Joko Anwar ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat pada Selasa (2/11/2021) [Suara.com/Rena Pangesti]

Masuk ITB Karena Tak Mampu Sekolah Film

Joko Anwar[YouTube]
Joko Anwar[YouTube]

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Joko memilih Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai tempat kuliahnya.

Meskipun impiannya adalah masuk sekolah film, keterbatasan biaya memaksanya mengambil jurusan Teknik Penerbangan, program studi yang lebih terjangkau namun tetap prestisius.

Di ITB, dia sempat mencoba bergabung dengan ekstrakurikuler film mahasiswa, tapi gagal karena menolak menjalani proses ospek yang diwajibkan.

Akhirnya, Joko Anwar menyelesaikan kuliahnya dengan cepat dan mulai mencari jalan lain untuk masuk ke dunia perfilman.

Jalan Masuk ke Dunia Perfilman

Lulus dari ITB pada 1999, Joko Anwar memulai kariernya sebagai wartawan dan kritikus film di The Jakarta Post.

Pekerjaan ini menjadi jembatan penting yang membawanya lebih dekat ke dunia perfilman.

Melalui koneksi yang dibangun selama menjadi jurnalis, Joko akhirnya mampu memperkenalkan naskah-naskah buatannya ke para sineas.

Baca Juga: Banjir Pujian, Ini Jumlah Penonton Hari Pertama Pengepungan di Bukit Duri

Keberaniannya membuahkan hasil, dia pun mulai dilirik dan dipercaya untuk menulis dan menyutradarai film-film panjang.

Film Terbaru Joko Anwar Sedang Tayang!

Saat ini, Joko Anwar tengah menjadi sorotan karena film terbarunya,  Pengepungan di Bukit Duri yang rilis perdana pada 17 April 2025.

Berlatar Jakarta pada 2027, ceritanya mengikuti Edwin (Morgan Oey), seorang guru pengganti di SMA khusus remaja bermasalah.

Edwin berusaha menemukan keponakannya di tengah kerusuhan sosial yang mengepung sekolah tersebut serta ancaman dari murid-muridnya sendiri.

Film ini tidak hanya menyuguhkan ketegangan dan drama, tetapi juga menyentuh isu-isu mendalam seperti kekerasan, diskriminasi, hingga trauma kolektif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI