Joko Anwar: Ada Guru Diajak Korupsi Kepala Sekolahnya

Jum'at, 18 April 2025 | 13:57 WIB
Joko Anwar: Ada Guru Diajak Korupsi Kepala Sekolahnya
Joko Anwar (Instagram)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Komika Pandji Pragiwaksono sempat mengutarakan keresahannya tentang budaya korupsi, yang bahkan sudah sampai ke lembaga pendidikan seperti sekolah dan kampus.

Praktek kecurangan, disebut Pandji, berakar dari kepala sekolah dan rektor yang ingin merintis karier politik mereka.

Cerita Pandji, yang diklaim bersumber dari para aktivits pendidikan, turut dibenarkan sutradara Joko Anwar yang pernah mendengar cerita serupa.

"Sekolah memang kantong-kantong dari budaya korupsi itu," tutur lelaki yang akrab disapa Jokan di kanal YouTube Pandji Pragiwaksono, Kamis (17/4/2025).

Cerita praktek kecurangan petinggi sebuah sekolah bermula saat Jokan mengundang para guru untuk ikut menyaksikan film Pengepungan di Bukit Duri garapannya.

"Gue inget, waktu kami mengundang beberapa stakeholder yang langsung berkaitan dengan isu yang ada dalam Pengepungan di Bukit Duri, termasuk para guru, kami undang untuk ikut menonton," kata Jokan mengawali kisahnya.

Ada seorang guru honorer dari daerah, yang mengaku pernah ikut diminta tanda tangan oleh kepala sekolah tempatnya mengajar untuk urusan pencairan dana.

"Ada salah satu guru dari daerah, dia ditempatkan di daerah, dia jadi guru honorer. Dua minggu setelah dia mengajar, dia diminta kepala sekolahnya untuk ikut korupsi," beber Jokan.

"Dia diminta tanda tanganin apa, sehingga nanti keluar dana yang katanya dipakai untuk kepentingan sekolah," lanjut lelaki yang juga menyutradarai film Pengabdi Setan itu.

Baca Juga: Review Film Pengepungan di Bukit Duri: Tamparan Emosional dan Jerit Sosial

Awalnya, sang guru honorer percaya saja. Ia berpikir sekolah memang mendapat bantuan pemerintah untuk pembenahan infrastruktur.

"Saat dia sampai di sekolah, dia melihat infrastruktur sekolah itu memang sudah sangat tidak layak untuk digunakan," jelas Jokan.

Kondisi finansial siswa yang sekolah di sana pun digambarkan sang guru honorer sebagai sesuatu yang memprihatinkan.

Ia bahkan sampai ikut membantu memenuhi kebutuhan siswa, meski bayaran guru honorer juga tidak besar.

"Dia, dengan uang Rp250 ribu itu, akhirnya memutuskan untuk ikut membantu siswa yang membutuhkan. Jadi, apakah dia butuh pakaian atau makanan segala macem," papar Jokan.

Setelah dananya cair, baru diketahui bahwa uang tersebut bukan dimanfaatkan untuk pembenahan infrastruktur sekolah, melainkan masuk ke kantong pribadi sang kepala sekolah. "Padahal, sebenernya itu untuk pribadi," kata Jokan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI