Banyak kreator ikut membuat versi mereka sendiri, termasuk lagu parodi seperti "I'm Tung Tung Tung Sahur and Love Ballerina Cappuccina," serta berbagai cosplay karakter sahur horor tersebut.
Antara Antusias dan Skeptis

Meski banyak yang menganggapnya lucu dan kreatif, tidak sedikit juga netizen yang merasa skeptis saat mendengar kabar bahwa meme ini akan difilmkan.
Beberapa komentar menyuarakan keprihatinan bahwa industri perfilman Indonesia terlalu mudah terbawa arus tren tanpa memperhatikan kualitas cerita.
"Rasanya sayang banget kalau industri kita malah ngikutin tren viral yang nggak punya cerita atau pesan kuat," tulis seorang netizen.
Ada juga yang mempertanyakan apakah konten dengan durasi pendek dan gaya absurd ini bisa diterjemahkan ke dalam film berdurasi panjang:
"Kayaknya bakal susah, karena penikmat konten tersebut cenderung cuma betah nonton video pendek kurang dari 2 menit," tambah lainnya.
Apa Saja Film-film Garapan Dee Company?

Rumah produksi Dee Company bukan nama baru dalam industri hiburan Indonesia.
Didirikan oleh Dheeraj Kalwani, perusahaan ini dikenal luas berkat film-film horor populer, bahkan box office.
Sebut saja Makmum, Rasuk, Khanzab, hingga Vina: Sebelum 7 Hari yang sempat memicu diskusi publik.
Baca Juga: Review Film The Surfer: Semacam Studi Karakter yang Suram
Dee Company memang cukup sering mengangkat kisah-kisah viral menjadi film, terbaru Norma: Antara Mertua dan Menantu.
Dengan rekam jejak memproduksi horor populer yang cukup laris di pasaran, masuk akal jika mereka tertarik mengangkat fenomena Tung Tung Tung Sahur ke bioskop.
Namun, proyek ini juga menantang karena harus mengubah konten pendek absurd menjadi narasi panjang yang utuh dan tetap menghibur.
Kontributor : Chusnul Chotimah