Suara.com - Joko Anwar mengumumkan karya ambisius terbarunya yang berjudul Legenda Kelam Malin Kundang.
Film ini merupakan kolaborasi rumah produksi besutannya, Come and See Pictures dengan Rapi Films dan Legacy Pictures.
Legenda Kelam Malin Kundang adalah sebuah reinterpretasi modern dari kisah rakyat Minangkabau yang legendaris.
Dengan plot cerita yang dibalut genre misteri dan thriller, film ini siap membuat meninggalkan kesan mendalam kepada penonton.
Joko Anwar kali ini hanya terlibat dalam penulisan naskah bersama Aline Djayasukmana dan Rafki Hidayat.
Kursi sutradara dipercayakan kepada duo sineas muda berbakat, Kevin Rahardjo dan Rafki Hidayat.
Lantas, bagaimana kisah Legenda Kelam Malin Kundang? Simak sinopsis dan fakta menariknya berikut ini.
Sinopsis Legenda Kelam Malin Kundang
Legenda Kelam Malin Kundang membawa penonton ke dalam kisah Alif (Rio Dewanto), seorang seniman lukisan mikro yang baru saja pulih dari kecelakaan.
Baca Juga: Profil Elvira Devinamira, Aktris Indonesia Pertama yang Dapat Nominasi Best Actrees di Cannes 2025
Sang dokter memperingatkan bahwa meski kondisinya stabil, ingatan Alif belum sepenuhnya kembali.
Ketika dijemput oleh istri dan anaknya, Nadine (Faradina Mufti) dan Emir (Jordan Omar) untuk pulang ke rumah, sebuah kabar mengejutkan menantinya.
Sang ibu dari kampung akan datang berkunjung ke rumah mereka untuk pertama kalinya.
Namun, kunjungan yang seharusnya mengharukan justru berubah menjadi misteri gelap.
Alif tidak mengingat sedikit pun tentang masa lalunya, termasuk wajah ibu yang telah melahirkannya.
Ketika perempuan yang mengaku sebagai ibunya tiba, dia merasa ada sesuatu yang janggal.
Siapakah sebenarnya perempuan itu? Dan apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu Alif?
Interpretasi Baru Kisah Klasik Minangkabau
Film ini bukan sekadar adaptasi ulang dari cerita rakyat Malin Kundang yang terkenal dari Minangkabau.
Joko Anwar dan tim produksi berupaya menyajikan pendekatan baru yang lebih relevan dengan konteks sosial dan psikologis masa kini.
Tanpa menghapus pesan moral yang telah melekat dalam legenda tersebut, Legenda Kelam Malin Kundang mengajak penonton untuk merenungkan ulang makna dari kisah durhaka anak kepada ibu dari sudut pandang yang lebih dalam dan kontemporer.
"Kami tidak berusaha mengaburkan nilai-nilai, tetapi mengajak penonton berpikir dan merenungkan kembali," ujar Joko Anwar.
Komitmen terhadap Pelestarian Budaya Lewat Film
Menurut Joko Anwar, film ini adalah bagian dari misinya untuk menghidupkan kembali cerita rakyat Indonesia agar tidak hilang ditelan zaman.
Sutradara film Pengepungan di Bukit Duri ini mengungkapkan keprihatinannya terhadap makin menurunnya pengenalan cerita rakyat di kalangan generasi muda.
"Beberapa waktu lalu kami melakukan penelitian kecil, dan ternyata cerita rakyat semakin tidak dikenal oleh generasi muda," jelasnya.
![Joko Anwar (produser) serta jajaran pemain film Legenda Kelam Malin Kundang: Rio Dewanto, Faradina Mufti hingga Nova Eliza saat konferensi pers di Epicentrum, Jakarta Selatan pada Senin, 19 Mei 2025. [Suara.com/Rena Pangesti]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/19/13713-joko-anwar-rio-dewanto-faradina-mufti-hingga-nova-eliza-pemain-legenda-kelam-malin-kundang.jpg)
Dengan semangat tersebut, Legenda Kelam Malin Kundang menjadi medium untuk menjembatani warisan budaya dengan bahasa sinema modern yang bisa lebih mudah diterima oleh anak muda.
Kolaborasi dengan Talenta Muda dan Pendekatan Segar
Salah satu keputusan penting dalam proyek ini adalah menggandeng dua sutradara muda, Kevin Rahardjo dan Rafki Hidayat.
Menurut Joko Anwar, perspektif baru dari para pembuat film muda sangat penting dalam menyuguhkan cerita klasik agar terasa lebih segar dan kontekstual.
"Kalau orang tidak mengenal, maka tidak akan ada rasa sayang. Kami ingin memperkenalkan kisah ini dengan suara baru," ujarnya.
Melibatkan talenta muda juga menjadi cara untuk membuka ruang eksplorasi yang lebih bebas, termasuk dalam mengolah elemen visual, narasi psikologis, dan pengembangan karakter.
Meskipun belum memiliki tanggal rilis resmi, film yang memiliki judul Internasional sMOTHERed ini dijadwalkan tayang pada 2025.
Antusiasme mulai terlihat dari banyaknya perhatian terhadap proyek ini, terutama dari kalangan penikmat film dan pencinta cerita rakyat Indonesia.
Kontributor : Chusnul Chotimah