Suara.com - Aktor sekaligus mantan Wakil Bupati Bandung, Sahrul Gunawan, buka suara menanggapi kabar viral yang menyebut dirinya meremehkan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Kabar tersebut mencuat setelah Sahrul Gunawan diketahui melarang putra sulungnya, Ezzar Raditya Gunawan, untuk melanjutkan pendidikan di UGM.
Padahal sang anak telah dinyatakan lulus seleksi program double degree di kampus ternama tersebut.
Seiring dengan hebohnya kabar tersebut, sejumlah pihak mulai mengaitkannya dengan isu politik. Salah satunya dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sempat ramai di media sosial.
Sahrul Guawan pun merasa perlu memberikan klarifikasi atas berbagai spekulasi yang menurutnya sudah melenceng dari konteks sebenarnya.
Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, Sahrul Gunawan menjelaskan bahwa keputusan tersebut murni atas pertimbangan keluarga dan tidak ada kaitannya dengan kualitas akademik UGM, apalagi dengan isu ijazah palsu yang ramai diperbincangkan.
“Dari kemarin saya banyak di-tag banyak kawan terkait pemberitaan media setelah mewawancarai saya di suatu acara, mengenai kelulusan anak saya,” tulis Sahrul dalam unggahan tersebut.
“Saya perlu mengklarifikasi karena banyak yang menghubungkan dengan hal lain yang tidak terkait,” lanjutnya.
Sahrul kemudian menjelaskan alasan utama di balik keputusan dirinya dan mantan istrinya untuk tidak melanjutkan proses pendaftaran Ezzar di UGM.
Baca Juga: 10 Fakta Keputusan Sahrul Gunawan Larang Anaknya Kuliah di UGM, Sempat Merasa Bersalah
“Ezzar, anak sulung saya, mengikuti tes masuk UGM untuk program double degree dan lolos. Namun kami (saya dan ibu kandung Ezzar) sepakat untuk memotivasi anak saya mengikuti tes di UI untuk program yang sama, sehingga batal masuk UGM,” ujarnya.
Bintang sinetron Jin dan Jun ini menegaskan bahwa keputusan tersebut lebih didasari pada alasan pribadi dan kedekatan keluarga.
Ia belum siap jika anaknya harus tinggal jauh di luar kota, sementara ada pilihan universitas yang kualitasnya juga bagus di Depok.

“Pertimbangannya agar tetap dekat dengan ibunya di Jakarta sehingga tidak perlu ngekos,” tulis Sahrul.
“Kenapa? Bukan tidak ingin mengajarkan anak untuk mandiri atau membebaskan anak memilih jurusan yang diinginkan, bukan, tapi kami orang tuanya. Kami tahu anak kami dan bagaimana yang terbaik untuk anak kami. Dan tidak perlu kami sampaikan juga kepada publik apa alasannya, kan?” tegasnya.
Yang membuat Sahrul lebih kecewa adalah ketika keputusan pribadi keluarganya itu digiring ke arah isu politik dan disangkutpautkan dengan kredibilitas UGM sebagai institusi pendidikan.