Suara.com - Majelis Lucu Indonesia (MLI) kembali membuat gebrakan dalam dunia hiburan Tanah Air.
Kali ini, Majelis Lucu Indonesia memperkenalkan sebuah konsep wahana unik bernama Rumah Bahaya Menganggur.
Wahana ini bukan sekadar tempat hiburan biasa, melainkan ruang khusus yang dirancang untuk membantu orang-orang meluapkan emosi yang selama ini terpendam.
Menurut Patrick Effendy, CEO Majelis Lucu Indonesia, Rumah Bahaya Menganggur terinspirasi dari serial “Bahaya Menganggur” yang tayang di platform streaming milik MLI, yaitu LucuFlix.
Ia menjelaskan bahwa wahana ini merupakan perpanjangan dari semesta cerita serial tersebut, namun diwujudkan dalam bentuk nyata dan interaktif.
“Wahana ini adalah perpanjangan dari semesta LucuFlix,” ujar Patrick Effendy dalam keterangan resminya.
“Ini ruang aktual untuk melampiaskan hal yang selama ini kita tahan emosi, kemarahan, kekesalan yang gak bisa disampaikan secara verbal," sambungnya lagi.
Patrick Effendy menyebutkan bahwa Rumah Bahaya Menganggur tidak hanya menyajikan hiburan semata, tetapi juga berfungsi sebagai bentuk terapi.
Tempat ini memberikan ruang aman bagi pengunjung untuk mengekspresikan rasa marah, stres, atau frustrasi mereka tanpa harus merasa bersalah atau mengganggu orang lain.
Baca Juga: Kisah Cupi Cupita Disawer Rp 150 Juta hingga Tolak Mobil Fortuner Gegara Diajak Ngamar
“Rumah Bahaya Menganggur bukan cuma hiburan, tapi juga terapi. Ruang buat meluapkan apa yang gak bisa diungkap,” lanjut Patrick Effendy.
![Patrick Effendy, CEO Majelis Lucu Indonesia [Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/05/81092-patrick-effendy-ceo-majelis-lucu-indonesia-istimewa.jpg)
Wahana ini dilengkapi dengan berbagai perlengkapan yang bisa digunakan oleh para pengunjung untuk melampiaskan emosi mereka. Mulai dari palu, tongkat baseball, stik golf, hingga raket.
Semua disediakan sebagai “senjata” untuk memukul benda-benda yang telah disiapkan oleh pihak penyelenggara.
Dengan konsep ini, pengunjung diberi kebebasan untuk mengekspresikan amarah mereka dalam bentuk fisik yang aman.
Mereka bisa memukul benda-benda tanpa takut merusak properti umum atau menyakiti orang lain.
Tentu saja, hal ini dirancang dengan tujuan untuk meredakan stres dan ketegangan emosional yang mungkin tidak bisa dikeluarkan dalam kehidupan sehari-hari.