Film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu Digempur Kritik Negatif, Begini Tanggapan Rigen

Ferry Noviandi Suara.Com
Kamis, 19 Juni 2025 | 21:54 WIB
Film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu Digempur Kritik Negatif, Begini Tanggapan Rigen
Film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu digempur kritik negatif. [Instagram]

Suara.com - Tayang mulai 12 Juni 2025, film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu mampu menggaet lebih dari 300 ribu penonton. Meski mendapat banyak pujian, tetapi film garapan sutradara Monty Tiwa ini juga panen kritik pedas.

Salah satu kritik paling tajam datang dari akun X @happyaiss, yang menyebut film tersebut sebagai sajian komedi yang miskin kualitas dan penuh muatan problematik.

Dalam cuitannya, @happyaiss menyampaikan pendapat dengan gaya blak-blakan.

Dia menilai film Ibuku Ibu-Ibu memiliki kualitas akting yang buruk, dipenuhi dengan lelucon seksis, pelecehan, hingga candaan yang merendahkan penyandang disabilitas (ableist).

Tak hanya itu, dia juga menyebut plot film ini kacau balau dan sangat tidak konsisten.

"Yang fresh cuma naruh bloopers di tengah-tengah film aja, aneh banget tapi kocak. Tapi kalau mau dikritisi juga, ini curang karena ini jelas easiest way to make people laugh. Too cheap," tulisnya.

Akun tersebut juga menambahkan bahwa cerita film ini "tiba-tiba selesai," dengan alur yang membingungkan dan tidak logis.

Kritik tersebut memicu beragam reaksi. Banyak yang menyuarakan keprihatinan atas konten humor film yang dinilai tidak sensitif terhadap isu sosial.

"Sudah tidak semestinya candaan-candaan berbau pelecehan itu dilestarikan. Perempuan yang menonton bukannya tertawa, malah merasa jijik dan tidak nyaman," tulis seorang warganet.

Baca Juga: GJLS Dijadikan Film, Ananta Rispo Cs Masih Tak Menyangka: Bikin Kami Haru dan Bangga

Komentar lain menyebutkan, "Film ini memang niatnya untuk lucu-lucuan, tapi jokes seksisnya terlalu sering dan tidak bisa ditoleransi. Padahal kalau dikurasi lebih baik, film ini bisa lebih ramah untuk semua penonton."

Namun, tak sedikit pula yang memberikan pembelaan terhadap film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu.

Salah satu pengguna X berargumen bahwa kritik berlebihan kerap datang dari sudut pandang moral yang tidak bisa disematkan secara mutlak pada seni.

"Menurutku, film dan seni itu tidak punya kompas moral tetap. Masing-masing punya pasarnya sendiri," katanya.

"Kalau dilihat dari lapisan kedua atau ketiga, film itu sebenarnya bukan menertawakan jokes seksis, tapi menertawakan orang yang melontarkan jokes seksis. Ini bentuk satire," ujar salah satu warganet.

Menanggapi derasnya kritik yang datang, salah satu bintang utama sekaligus anggota GJLS, Rigen Rakelna, memilih bersikap santai.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI