Suara.com - Agam Rinjani tampil di podcast Close The Door yang tayang hari ini, Selasa, 1 Juli 2025.
Sebagaimana diketahui, sosok Agam Rinjani disorot setelah ikut serta dalam mengevakuasi jenazah Juliana Marins, warga Brazil yang jatuh di tebing Gunung Rinjani.
Agam Rinjani memperkenalkan diri sebagai tour operator yang bertugas di Taman Nasional Gunung Rinjani.
Setelah menerima data diri dan jadwal pendakian, Agam Rinjani bertugas untuk mewawancara mereka.
"Saya wawancarain satu-satu atau paling tidak saya cari Instagram-nya. Buat saya tau, oh orangnya gemuk. Berarti saya harus siapkan porter khusus buat dampingi," jelas Agam Rinjani.
"Setelah semua riwayat tahu, tanya lagi perlengkapan termasuk mereknya. Jadi harus detail," sambungnya.

Salah satu hal yang sangat diperhatikan Agam Rinjani adalah sepatu pendaki, ukurannya harus lebih besar.
"Harus lebih dari 36 (ukuran sebenarnya). Karena kalau (sepatu) pas, posisi turun (gunung), itu akan sakit. Jadi kalau naik gunung, (sepatu) harus lebih setengah atau satu," terang Agam Rinjani.
Pengetahuan tersebut didapat Agam Rinjani dari empat tahun pengalamannya mengevakuasi pendaki Gunung Rinjani.
Baca Juga: Ira Wibowo Kenang Medan Berat Gunung Rinjani, Akui Sempat Terpeleset di Trek Berpasir dan Berbatu
"Termasuk mencatat semua perlengkapan si tamu. Semacam mereka naik pakai baju warna apa. Jadi kalau dia hilang, minimal kami tahu jejak si tamu. Harus diantisipasi semua," tutur Agam Rinjani.
Namun Agam Rinjani tidak bertemu Juliana Marins karena sedang di Jakarta.
"Saya nggak ketemu, saya nggak kenal dia. Saya tau kejadian, saya di Jakarta," ujar Agam Rinjani.
"Yakin saya, kalau saya di sana mungkin selamat. Tapi saya di Jakarta," imbuhnya.
Keyakinan tersebut lantaran Agam Rinjani juga memantau proses evakuasi Juliana Marins meski tidak sedang bertugas.
"Karena aku lihat pagi-pagi, cuma 200 meter. Bisa lah itu satu tali turun," kata Agam Rinjani.

Sayangnya ketika teman-teman Agam Rinjani yang sedang bertugas turun, Juliana Marins tidak dapat ditemukan di lokasi yang diperlihatkan drone.
Dari Jakarta, Agam Rinjani terus memetakan kemungkinan lokasi Juliana Marins dapat ditemukan.
Hanya saja saat Agam Rinjani tiba ke lokasi, gambaran yang ditunjukkan drone sangat berbeda dengan aslinya.
"Itu anggapanku. Ternyata saat saya di sana, jalannya miring. Di drone rata begini kan. Kupikir bisa lah jalan. Ternyata miring. Saya aja nggak berani lepas harness pengaman," cerita Agam Rinjani.
Juliana Marins kemungkinan berusaha pindah dari posisi awal, tetapi malah terperosok jatuh semakin dalam sampai 400 meter.
Juliana Marins diceritakan sempat saling berteriak bersahutan dengan tim SAR di hari pertama ia jatuh.
Ketika tim SAR menemukan lokasi yang sudah semakin turun, yaitu 590 meter, Juliana Marins telah meninggal dunia.
"Saya lihat korban di sini (kepala kanan) retak, tangannya patah, kaki, pinggul patah. Terus darah semua di bawah. Bekas darah di batu-batu besar," beber Agam Rinjani.
Dugaan Agam Rinjani, Juliana Marins meninggal dunia usai jatuh dari ketinggian sekaligus terbentur batu-batu di tebing.
Dalam kesempatan yang sama, Agam Rinjani mengungkap alasannya menyiarkan langsung proses evakuasi Juliana Marins.
Agam Rinjani semata ingin menunjukkan bahwa kabar tim Basarnas dan SAR tidak bekerja untuk menyelamatkan Juliana Marins adalah salah besar.
Karena posisi jatuhnya Juliana Marins yang sulit diketahui serta kekurangan perlengkapan penyelamatan, butuh waktu lama untuk mereka menemukan korban.
"Saya mau kasih tahu bahwa tim SAR, Basarnas, dan lain-lain tetap bekerja. Nggak diam kita. Cuma mereka (warganet Brazil) bingung dapet informasi ini. Dikiranya tidak bekerja, ditinggalin korban," tutup Agam Rinjani.
Cerita Agam Rinjani menyelamatkan Juliana Marins kembali menuai kekaguman warganet yang menonton video di YouTube Deddy Corbuzier.
"Bang Agam ini orangnya sangat tenang, sabar dan kuat mental. Sangat cocok dengan profesinya yg sebagai relawan kemanusiaan," komentar akun @DAGESTAN-***.
"Apresiasi setinggi-tingginya sama mas agam dan tim yang ada di sekitar, jiwa nasionalismenya mengharumkan nama bangsa," sahut akun @farisfad***.
Kontributor : Neressa Prahastiwi